Perjalanan pada ibadah
ke dua ini adalah sangat mempunyai lika-liku yang susah untuk dilupakan dan
tetap membekas sampai saat ini.
Perjalanan kali ini
dimulai di surabaya ketika menunggu pesawat yang akan menjadi tumpangan bagi
saya untuk ke makassar ternyata delay itupun saya datang ke bandara lebih
duluan sampenya. Tapi lagi-lagi harus dikerjakan dengan keikhlasan. Sehingga
hal tersebut berjalan dengan baik, belum sampai di situ ketikan tiba di
makassar wah di sinilah yang ternyata lebih hebat perjuangannya.
Di tengah keramaian ibu
kota tepatnya di bandara sultan hasanuddin makassar ternyata begitu beda di
antara bandara yang pernah saya kunjungi. Perbedaan itu ya tentunya
berbeda-beda juga dari setiap orang. Kalau dibandara lain yang kategori
berstandar internasioanal itu memiliki akses wifi yang super kenceng tapi di
sini kurang walau sebenarnya ada.
Kenapa dikatakan
demikian karena bandara bisa menjadi tempat terbaik dalam hal transportasi
serta menjadi peminat utama di antara tempat
yang lain. Sehingga kesenangan dalam menunggu dengan fasilitas umum yang
diakses gratis akan menjadi daya tarik tersendiri. Serta keramahan dari para
sopir yang berburu penumpang menunjukkan ketidak enakan bagi para penumpang
yang masih baru datang kesana.
Kembali lagi menunggu
sopir jemputan dari bone sekitar 4 jam dan ternyata dia tidak akan masuk ke
dalam bandara dengan berbagai alasan walaupun biasanya langganan saya bisa
terus kok masuk tanpa adanya kendala, akhirnya saya harus menambah pembayaran
dan diluar dari pada kewajaran menurut saya tapi situasi di sini seperti itu
ya.. dimaklumilah...
Akhirnya dengan
perasaan galau dan agak marah saya memilih diam. Diamku adalah amarahku karena
itu lebih baik. Kekerasan dari kemarahan tidak ada bagusnya sehingga jalan itu
lah yang menjadi pilihan. Oleh karena itu, dengan mengingat pesan dari kyai saya KH. Nandar Trijaya bahwa
sagala sesuatu harus di barengi dengah keikhlasan dan kesabaran karena itu akan
menjadi penolong bagi siapa pun dan di mana pun.
Syukur alhamdulillah
segala rintangan dan lika-liku itu menjadi terselesaikan dengan baik sehingga
sampai selamat di tujuan yaitu kampung tercinta Desa Ujung, Kec. Dua Boccoe,
Kab. Bone, Sulawesi Selatan. Kesyukuran bisa diungkapkan dengan berbagai cara.
Ditulis pas ketika
sowan ke rumah pimpinan pondok 07/06/16. Di atas rumah beliau langsung. Oia
distu juga ada keluarga beliau dan ada satu santri alumni Fakhri namanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar