Saat ini, pendidikan
karakter merupakan konsep pendidikan yang akan mengantarkan generasi baru ke
arah masa depan yang mempunyai ciri khas yang sangat berbeda dibanding dengan
yang lainnya. Ciri khas itulah yang akan menjadi ukuran sejauh mana pendidikan
karakter dapat terlaksana dan diterapkan kepada setiap peserta didik yang
menempuh study bahkan kalau menurut saya pendidikan ini tidak hanya bagi yang
punya kesempatan menempuh pendidikan akan tetapi mereka yang lainnya juga tetap
bisa memperoleh pendidikan itu.
Cara yang bisa
dilakukan bagi anak yang tidak ikut pendidikan formal maupun nonformal adalah
dengan pendidikan karakter yang diberikan oleh kedua orangtuanya semasa ia
sebelum dalam kandungan sampai ketika ia dalam kandungan kemudian setelah lahir
dan tumbuh berkembang sampai kepada pendidikan awal. Kalau saat ini ada namanya
PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) lalu TK (Taman Kanak-Kanak) kemudia masuk lagi
ke SD-SMP-SMA sederajat dan seterusnya mencapai gelar akademik terakhir.
Nah untuk anak yang
tidak sempat mengenyam pendidikan mulai PAUD maka orangtuanya lah yang
bertanggungjawab memberikan pendidikan sampai ia benar-benar mateng dan bisa
membedakan mana kebaikan lalu mana keburukan. Sebenarnya hanya ada dua inti di
dunia ini terkait dengan persoalan selamat tidaknya kita manusia adalah mampu
untuk membedakan antara yang baik dengan yang buruk, kalau ini sudah bisa diterapkan
dalam diri setiap manusia maka kedamaian dan ketenteraman yang tercipta
sana-sini tapi namanya juga manusia yang tidak luput dari kesalahan dan
kekhilafan maka baik dan buruk selalu berbarengan, itu merupakan kenormalan
hidup asal sebenarnya bisa meminimalisir keburukan maka kerusakan akan jauh
dari tempat kita berada.
Kembali lagi mengenai
pendidikan karakter, kalau tidak salah pendidikan karakter sudah menjadi
pembicaraan sejad abad 18 yang lau tapi tentunya bukan di negara kita walaupun
sebenarnya pendidikan karakter itu sudah ada sejak manusia diciptakan tapi
persoalan bahasa saja yang berbeda. Kalau zaman Nabi Adam As sebelum
dikeluarkan dari syurga kan ditekankan untuk mematuhi aturan yang ada di dalam
Syurga-Nya Allah, mematuhi aturan merupakan bagian dari pendidikan karakter
yang seyogyanya sangat relevan dengan keteraturan hidup manusia yang ingin
selamat dan tidak menimbulkan masalah.
Karena kita tahu bahwa
kadangkala manusia yang buat aturan ternyata dia juga yang melanggarnya apalagi
aturan yang dibuat oleh Allah dan Rasul-Nya, ini pendapat saya temen-temen
pembaca boleh berbeda. Terkadang kita mengatakan jangan melakukan yang ini dan
itu tapi pada tataran prakteknya justru sebagai pelaku utama dalam melanggar
larangannya sendiri. Yang demikian ini kan aneh, makanya pernah kita dengan
kata-kata “dilarang melarang” artinya larangan dari seseorang tidak berdampak
bagi dirinya sendiri.
Kemudian Nabi kita
Muhammad saw menjadi teladan dari segala hal diantaranya dari segi ucapan,
perbuatan atau sifa beliau dll. Kalau memang tidak bisa mengikuti seluruh
karakter beliau maka cukuplah kita tidak membuat atau melestarikan yang namanya
“keburukan dan kejahatan”. Kalau kita tidak bisa memberi cukuplah jangan
merampas, kalau kita tidak bisa membersihkan cukuplah jangan mengotori, kalau
kita tidak bisa memperbaiki cukuplah jangan merusak, kalau kita tidak bisa
berbuat kebaikan cukuplah jangan berbuat keburukan. Karena sebaik-baik manusia
adalah yang bermanfaat bagi orang lain, sebaik-baik manusia minimal tidak
merugikan orang lain pula.
Ditulis ketika berada
di perpus 1 UIN malang, niat awal mencari buku tapi malah nulis lagi supaya
kebiasaan nulis bisa terus terlaksana. Dan sepertinya bisa berbagi pengalaman
lagi kalau yang ini lebih kearah analisis secara umum saja. 20/01/2017.