LAPORAN
KEGIATAN
RIHLAH ILMIAH
PONDOK PESANTREN SE-MALANG
Laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi mata
kuliah:
Kepemimpinan
Pendidikan di Pondok Pesantren
Dosen
Pengampu:
Prof. Dr. H.
Imam Suprayogo
Abustan
(Nim:
15750013)
SEMESTER II
PROGRAM MAGISTER STUDI ILMU AGAMA ISLAM
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2015-2016
Kata Pengantar
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah swt.
Yang telah memberi nikmat sehingga masih tetap istiqamah dalam menjalankan
aktivitas rutin yaitu mencari ilmu pengetahuan dan berusaha untuk selalu
mengamalkannya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan
Nabi besar kita Muhammad saw. Yang telah diberikan amanah oleh Allah untuk
selalu memberi petunjuk kepada ummatnya melalui al-Qur’an dan Sunnahnya,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan semaksimal mungkin.
Laporan kegiatan ini mengarahkan kepada kita
untuk menggali dan mencari pengalaman-pengalaman dari pesantren-pesantren yang dianggap
signifikan untuk dijadikan contoh bagi kita mahasiswa pengkaderan ulama sebagai
bekal ketika pulang nanti di pondok masing-masing menurut dosen pengampu Bapak
Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan
inayah-Nya serta senangtiasa diberikan kesehatan dan bermanfaat bagi semua
orang.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian laporan ini
terutama teman-teman seperjuangan sebagai tempat saling tukar pikiran sehingga
dapat menjadi sumbangsih bagi siapa saja yang meneliti atau yang konsen dengan
dunia pesatren.
Demikianlah laporan ini dibuat dan dapat
digunakan sebagaimana mestinya, penulis telah berupaya dengan keras untuk
menyelesaikannya walaupun masih terdapat banyak kekurangan informasi yang
berkaitan masing-masing pesantren. Sehingga masih memerlukan saran dan krtikan
dari para pembaca demi kesempurnaan laporan kegiatan berikutnya.
Wallahu
Muwaffiq Ila Thariqil Haq
Wassalamu
‘alaikum wr. Wb.
Malang, Mei
2016
Penulis; Abustan
A. Latar
Belakang
Perkembangan pesantren begitu pesat telah melahirkan banyak tokoh salah
satunya alm. KH. Abdurrahman Wahid (sapaan hangat beliau: Gus Dur) sebagai
mantan Presiden RI ke-4 dan ada beberapa pemegang kebijakan yang berasal dari
pesantren. Karena itulah perlunya saat ini sebagai generasi penerus harus
memiliki jiwa seperti mereka dan ikut berkiprah serta memberikan sesuatu yang
bermanfaat untuk negara kita ini.
Bukan hanya negara memberikan sumbangsih kepada kita berupa Program
Beasiswa Pendidikan Kader Ulama (PBPKU) yang merupakan salah satu program yang
dilaksanakan oleh salah satu Instansi Pemerintah yaitu Direktorat Pendidikan
Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama RI tahun 2015. Program ini dalam bentuk pendalaman Ilmu Agama dan juga
Pendidikan Formal Strata Dua, untuk sasaran dari Program ini adalah para
Santri-santri dari Pesantren perwakilan dari seluruh Provinsi di Indonesia yang
telah lulus tes.
Untuk mensukseskan program tersebut, Kementrian Agama menggandeng
Lembaga terkait pelaksanaannya, dalam hal ini untuk di Perguruan Tinggi yaitu
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, sedangkan untuk
memperdalam keilmuan Agama maka seluruh peserta penerima program ini harus
tinggal di Pesantren, yaitu Pesantren Mahasiswa Al Hikam Malang.
Setelah itu, para peserta PBPKU ini sebagai kesepakatan awal harus
ke Pesantren masing-masing untuk
mengabdi kembali dan mengembangkan pengetahuan yang sudah diperoleh dari
pesantren-pesantren tersebut. Serta harapan dari pemerintah bahwa peserta PBPKU
nantinya dapat memperbaiki sistem pendidikan pesantren yang berbasis manajemen.
Juga akan menjadi tokoh panutan masyarakat dalam hal kedalaman spiritual,
keagungan akhlak, keluasan ilmu dan kematangan profesional sebagaimana misi
dari Kampus UIN Maliki ini
Untuk mendukung keberhasilan program pemerintah ini, sebagai
tambahan pengalaman dalam mengelola pesantren yang berbasis manajemen, maka
kami sebagai peserta PBPKU melaksanakan rihlah ilmiah ke Pesantren-pesantren tertentu
maupun Tokoh Ulama sesuai yang telah direkomendasikan oleh Bapak Prof. Dr. H. Imam
Suprayogo. Yang pelaksanaannya secara bertahab disesuaikan dengan kesempatan di
antara kegiatan perkuliahan dan juga kegiatan yang ada di Pesantren tempat kami
mukim.
B. Landasan Kegiatan
1.
Program kegiatan dari kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
2.
Rekomendasi dari Prof. Dr. H. Imam Suprayogo
3.
Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan Pendidikan di Pondok Pesantren
4.
Hasil Musyawarah anggota kelas B SIAI semester II tahun 2016
C. Tujuan
Kegiatan
1.
Mengharapkan keberkahan Ilmu dan Do’a para Kyai
2.
Mendapat pengalaman dalam implementasi ilmu manajemen pesantren
3.
Menambah khazanah Ilmu Keagamaan
4.
Mengetahui tipe-tipe seorang pemimpin Pesantren
5.
Mengetahui adanya kurikulum khusus pesantren yang berbeda-beda
6.
Mengetahui sistem pengelolaan Sumber Daya Manusia yang mumpuni
7.
Mengetahui sistem sirkulasi keuangan pesantren yang berbeda-beda juga
D. Peserta Kegiatan
Kegiatan ini diikuti oleh Seluruh Anggota Kelas B Program Studi SIAI
Semester II Tahun 2016. Dengan perincian sebagai berikut:
Penasehat : Prof. Dr. H.
Imam Suprayogo
Penanggung
Jawab : - Dr. Hj. Tuti Hamidah, M. Ag
-
Aunur
Rofiq, P. Hd
Koordinator : - Mohammad Muallif
Anggota :
- Abustan (selaku penulis di
laporan pribadi ini)
-
Agus
Prasetyo
-
Ahmad
Amrullah
-
Ardiyangsyah
-
Harli
-
Ira
Trisnawati
-
Noor Indah
Kusumawardani
-
Nurhidayatulloh
-
Reza
Fahlevi Muhammad
-
Roi Atiq
-
Wahyu Setya
Budi
E.
Pelaksanaan Kegiatan
1.
International Islamic Boarding School Tazkia-Malang (IIBS Tazkia)
Rihlah ilmiah ke International Islamic
Boarding School Tazkia Malang,
dilaksanakan pada hari Selasa, 15 Desember
2015 yang merupakan pondok yang memiliki sekolah yang berbasis internasional
dengan tujuan untuk memperbaiki sistem pendidikan. Bernuangsa
pesantren tapi tetap terlihat indah dan tertata dengan baik.
a.
Manajemen
Lembaga
International
Islamic Boarding School Tazkia yang tergolong baru berdiri secara
resmi pada tahun 2014. Namun,
dilihat dari sisi fasilitas gedung beserta isinya layaknya sebuah hotel. Karena menurut pengelola tempat yang nyaman akan lebih
mempermudah bagi santri untuk melakukan aktivitas belajarnya. Sehingga
materi-materi yang diajarkan oleh guru-guru akan lebih mudah terserap oleh
santri.
Beberapa sarana yang sangat mapan dalam
lembaga ini diantaranya adalah :
1)
Ruang Kamar
tidur santri yang luas dengan penghuni yang secukupnya, maka akan memberikan
kenyamanan dan enak untuk istirahat dan
belajar mandiri di dalamnya.
2)
Ruang makan yang ditata seperti halnya ruang
makan berstandar restoran dengan
baik untuk para santri.
3)
Tempat pembelajaran
di luar kelas yang mengedepankan suasana dan kondisi yang nyaman serta enak
untuk kegiatan apa saja.
Dari segi tenaga pendidik dan kependidikan,
rata-rata mereka sudah profesional dan mengerti tentang teknologi, sesua dengan
pemaparan oleh pengelola ketika kita diskusi dengan pengurusd inti sebagai
berikut :
1)
Kebanyakan
ustadz dan ustadzah diwajibkan menguasai bahasa asing, Bahasa Arab maupun
Bahasa Inggris juga menguasai teknologi sebagai penunjang pembelajaran
2)
Para santri harus
hafal al-Qur’an sesuai dengan kemampuan hapalannya
3)
Lembaga berskala
internasional, maka seluruh dewan asatidz harus sudah pernah keluar negeri.
Segi Kepengelolaan,
menuntut tercapainya tujuan yang menjadi sasaran lembaga, para pengelola atau
manajer mengadakan pertemuan-pertemuan yang rutin, mulai dari pertemuaan
harian, mingguan, bulanan atau pun semesteran dan tahunan untuk membicarakan
beberapa hal yang berkaitan dengan kemajuan para santri dan sistem yang
dianggap tidak maksimal.
Beberapa hal itu
menuntut untuk dilakukan evaluasi dari pertemuan-pertemuan itu dengan
membicarakan solusi-solusi yang tepat dalam mengatasi permasalahan yang muncul
atau untuk pencegahan karena mencegah lebih baik dari pada mengobati. Sehingga
akan tercipta sistem yang berjalan dengan baik dan sesuai kaidah ilmu manajemen
mulai dari atasan sampai bawahan.
Oleh karena itu, untuk
membuat pesantren dengan sistem yang baik maka perlunya memperhatikan kebutuhan
peserta didik sepenuhnya dan tetap berlandaskan kurikulum yang ditetapkan oleh
kementerian pendidikan dan kementerian agama serta kurikulum internsional juga
penambahan kurikulum khusus dari lembaga itu sendiri untuk mencapai semua
tujuan yang menjadi patokan dari berdirinya lembaga tersebut.
b.
Manajemen
Keuangan
Lembaga yang berskala internasional
tentunya membutuhkan dana pendukung yang besar untuk menunjang program-program
yang ada di dalam lembaga itu sebagaimana diskusi dengan pengurus, dengan
beberapa pertimbangan yang kami tangkap saat itu sebagai berikut:
1) Mencari
sokongan dana yang besar untuk pembangunan fisik dengan menggandeng perusahaan
tertentu, tapi pengurus tidak memberitahukan dengan perusahaan mana yang diajak
kerjasama.
2) Merekrut
tenaga pendidikan dan kependidikan yang profesional dengan jaminan
kesejahteraan hidup yang melebihi dari standar upah minimum daerah sebagai
penyemangat dalam berkarya.
3) Dengan
anggaran yang besar dapat menjadikan lembaga tersebut lebih cepat berkembang.
Dalam hal Keuangan kelembagaan digambarkan
dengan bentuk segitiga, yaitu keuangan primer yang digunakan untuk proses
pembelajaran yang bersumber dari peserta didik sendiri, kemudian sumber
sekunder yang bergerak dibidang bisnis usaha yang berada diluar lembaga, dan ada
sumber tersier yang lain berasal dari lembaga-lembaga infaq dan sedekah yang
digunakan untuk para santri yatim piatu dengan beasiswa full dengan tetap
mengikuti tes yang ketat dan ini merupakan bentuk bantuan untuk meringankan
beban pemerintah dalam penyerataan pendidikan nasional.
Dengan demikian lembaga yang masih
tergolong baru ternyata sudah mampu menjadi lembaga pendidikan yang diminati
oleh para orang tua menengah ke atas karena menganggap tempat yang mewah, megah
dan eksklusif ini akan menjadikan anak-anak mereka menjadi lebih baik dan
sesuai harapan mereka. Kebetulan juga rata-rata orang tua itu sibuk dengan
pekerjaan masing-masing mengharuskan mereka menitipkan anak untuk dididik
ditempat yang strategis dan sesuai dengan kebiasaan mereka. Semuanya ini sesuai dengan kemampuan para
pengelola dalam lingkup keuangan, baik dari segi pendapatan, pengeluaran yang
sesuai dengan prosedur.
Sebagai
bahan pembelajaran dalam rihlah ilmiah di lembaga ini sebagai berikut:
1) Lembaga
pesantren tidak cukup hanya mengandalkan pembayaran dari santri untuk kemajuan,
akan tetapi membutuhkan dana cadangan atau sumber lain sebagai penopang dari
belakang untuk pengembangan dan pemeliharaan karena hal itu dapat menjadikan
lembaga tetap sehat dari segi pendanaan, di antaranya membuat usaha khusus atau
bergerak di bidang pertanian dan perikanan sebagai upaya mendukung berjalannya
lembaga itu.
2) Kemampuan
mengelola keuangan terletak pada kesesuaian dalam pendapatan dengan pengeluaran
dan bisa melihat peluang ekonomis tapi berkualitas dalam pembelanjaan itu.
c.
Manajemen
Pemasaran
Lembaga pendidikan yang masih berjalan 3
semester, namun kuantitas santri yang dibatasi sudah mencakup 20 provinsi yang
tersebar se-Indonesia, bahkan target 5 tahun pada tahun ke tiga akan ada kelas khusus
diperuntukkan untuk siswa dari beberapa Negara tetangga sebagai perwujudan dari
visi-misi lembaga bertaraf internasional.
Target pemasaran yang menjadi fokus pada
lembaga ini yaitu masyarakat menengah keatas, dan diutamakan orang tua yang
sibuk dengan pekerjaannya, dan diberikan jaminan keamanan dan mutu pendidikan
sehingga hal ini menjadi harga mahal untuk orang tua yang super sibuk itu.
Dengan kelas menengah keatas, maka dari
sisi anggaran sudah pasti besar, sisi minat orang tua kelas ini adalah
orang-orang yang sudah sadar akan pendidikan, sehingga kemungkinan besar target
itu akan tercapai sesuai perencanaan yang ada. Sehingga dalam penyebaran
informasi tidak memakai sistem promosi jalanan tapi langsung ke sasaran orang
tua yang diutamakan ke daerah-daerah
perusahaan (PT) atau daerah pertambangan.
Sebagai
bahan pembelajaran dalam rihlah ilmiah di lembaga ini sebagai berikut:
1)
Target sasaran
peserta didik yang jelas akan memberikan gambaran yang jelas pula dalam
menyusun program-program pendidikan yang handal.
2)
Dengan jelasnya
target calon peserta didik akan berdampak pada semakin jelasnya sistem
pemasaran yang tepat guna untuk lembaga pendidikan yang kita kembangkan.
3)
Serta yang
paling penting adalah kejelasan calon peserta didik akan membuat lembaga
merancang tenaga pendidik dan kependidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan
tentunya lebih profesional di bidang masing-masing.
d.
Manajemen Mutu
Lembaga pendidikan yang berbasis
Boarding school, memadukan kurikulum kepesantrenan dengan harapan santrinya
menguasai Ilmu agama dan mempunyai hafalan al-Qur’an, dengan kurikulum nasional
dengan harapan santrinya diakhir jenjang pendidikan akan lulus dalam ujian UN
yang diadakan Negara. Selain itu, kurikulum internasional yang ada di lembaga
ini, karena lembaga berskala Internasional maka harus ada kurikulum yang
berskala internasional, yaitu Kurikulum Coumbrige, maka lulusan dari sekolah
ini akan memiliki piagam Coumbrige juga.
Perpaduan beberapa model kurikulum ini
mengharuskan pengaturan waktu yang sangat efisien dan memerlukan tenaga yang
banyak juga sehingga pada pelaksanaanya tidak terjadi ketimpangan antara
harapan dan kenyataam maka dibuatlah sistem manajemen yang baik serta
terkontrol melalui teknologi yang tepat pula, tetapi dengan sistem itu ada
beberapa yang terkurangi porsinya dalam kurikulum nasional sendiri seperti
pengurangan waktu mata pelajaran tertentu.
Sebagai
bahan pembelajaran dalam rihlah ilmiah di lembaga ini sebagai berikut:
1) Susunlah
rencana kurikulum yang sesuai dengan obyek pendidikan dan kebutuhan peserta
didik sesuai dengan kalangannya sehingga bisa dikembangkan dalam visi dan misi
lembaga
2) Kejelasan
kurikulum akan memberikan identitas khusus bagi lembaga kita, dan merupakan
bahan pertimbangan bagi para orang tua yang ingin mencari mencari lembaga
pendidikan yang sesuai keinginan mereka.
3) Tersusunnya
kurikulum yang handal akan menghasilkan pula out put yang bagus bahkan
bisa menjadi out came
2.
Al-Izzah Islamic Boarding School (IIBS) Batu
a. Latar belakang berdirinya
Rihlah ilmiah ke pesantren
ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 23 Maret 2016 Pukul 08.00 sampai menjelang
sholat Ashar dan bertepatan saat itu hujan turun, menurut kami adalah keberkahan
dari Allah swt. Yang dipimpin langsung Oleh Ust. Ali Imran beliau merupakan
Pendiri, pembina sekaligus pengasuh.
Pesantren ini berdiri
bermula dari adanya keresahan dari beliau sebab lokasi berdirinya pesantren itu
merupakan lahan yang hampir dimiliki oleh non muslim untuk dijadikan lahan
pabrik sehingga bisa berakibat pada masyarakat setempat, pendidikan akan
menjadi nomer dua sehingga adanya perkumpulan dengan teman-teman beliau dari
berbagai perguruan tinggi salah satunya adalah dari Universitas Brawijaya, ITN,
Unair dan lain-lain. mereka selalu membahas tentang masalah di tempat tersebut
sehingga Ust. Imran berfikir harus ada yang memulainya.
Modal pertama adalah
keberanian sebab beliau memulai dengan modal niat ikhlas ketika ingin membangun
pesantren ini. Bahkan brosur pertama yang ditampilkan adalah berlatar foto
istri yang memakai pakaian seragam sekolah, inilah yang unik sebagai seorang
istri yang selalu mendampingi suami bagaimana pun keadaan suami. Juga pernah
hampir pesantren ini tutup karena kekurangan dana sebab masih sedikit orang tua
yang percaya akan sekolah yang dirintisnya ini. Sehingga beliau punya
alternatif kedua jika sekolah ini bubar maka beliau akan ke malaysia untuk
hijrah sebagai jalan terakhir.
Pertolongan Allah memang
sangat dekat, dibalik kesusahan pasti ada kemudahan sehingga semua permasalahan
keuangan bisa teratasi dengan baik sampai saat ini pesantren ini berkembang
dengan baik walau masih dimulai dengan menerima santriwati dan belum membuka
untuk santri laki-laki. Tapi karena sudah dikenal di daerah batu ini bahkan
sudah menasional sehingga santriwatinya berasal dari berbagai daerah.
Pesantren ini bertujuan mendidik
dan menggembleng para santriwati agar
menjadi generasi yang bertaqwa, cerdas dan mandiri. Di dalamnya terdapat dua unit
pendidikan yaitu SMP dan SMA yang memadukan kurikulum lokal, nasional dan kurikulum internasional. Lulusan yang diharapkan adalah cerdas dari segi intelektual, juga dari segi spiritual yang dibuktikan dengan harus adanya hafalan Al-Qur’an yang
harus dicapai bagi setiap jenjang pendidikan.
b. Visi dan Misi
Pesantren memiliki visi-misi
yang sangat mulia yakni menyelenggarakan pendidikan dengan sistem integral yang
memadukan aspek intelektual, mental, sepiritual dan life skill, sehingga
dapat melahirkan generasi muslimah yang bertakwa, cerdas dan mandiri, tuturnnya..
Untuk mewujudkan itu semua Ustadz
Ali Imran telah melakukan sistem manajemen yang sesuai dengan perkembangan
zaman dengan memakai teknologi yang memadai Misalnya saja beliau terus memantau
setiap kagiatan para guru disekolah dan guru-guru harus menyiapkan seperangkat
pembelajarn untuk esok hari sebelum pulang sehingga agenda untuk besok telah
terjadwal dengan rapi melalui aplikasi khusus yang terintegrasi dengan alat
komunikasi beliau. Semua laporan kegiatan harian dan rencana kegiatan para guru
esok hari sudah terekam dengan baik melalu Hanphone yang ada di tangan
beliau.
Beliau juga mengemukakan
selain mampu bersaing dalam skala internasional, secara kepribadian para santriwati harus mampu melalui
uji kompetensi delapan aspek kepribdian, yakni kejujuran, tanggung jawab, amanah,
kepercayaan diri, kepedulian, kerjasama,
kemandirian, dan pengendalian diri.
Para santriwati pun dibina
agar mampu menghasilkan karya sesuai bakat dan minat mereka. Agar dapat
mencetak lulusan yang berkualitas tinggi, beliau selalu mensosialisasikan dan menerapkan
proses pendidikan islam seperti yang di contohkan oleh Rasulullah SAW, yang
mengenalkan masalah kehidupan dan mengajarkan cara menyelesaikan permasalahan tersebut.
c. Kurikulum
Adapun sistem pembelajaran
yang diterapkan adalah pembelajaran yang mengacu pada Active learning
yang berbasis pada kompetensi santri dengan model sistem semi
moving class, menurut Ustadz Bahtiar. Pesantren ini menawarkan fasilitas
belajar yang sangat refresentatif bagi santriwatinya dengan fasilitas berupa
kelas terbuka bernuangsa alami karena berada di dekat pegunungan, Saung Al
Qur`an dan kelas seperti di sekolah lainya hanya berbeda dari segi pengelolaan
dalam kelas itu.
Menurut ust. Ali Imran selaku
pengasuh di pesantren ini kelas terbuka di tengah-tengah pegunungan merupakan fasilitas
yang alami karena bukit yang menghijau sangat kondusif bagi peserta didik untuk
lebih menyerap dan memahami materi yang disajikan oleh guru pembimbingnya. Mereka
pun bisa belajar lebih kreatif dalam mengembangkan materi yang dipelajari sendiri.
Ada juga fasilitas yang diberi nama Saung Al Qur`an, yang berguna untuk tempat
halaqoh, sehingga santriwati lebih memahami, menghayati dan mengamalkan kandungan Al
Qur`an dengan baik dan terasa nikmat karena tempat yang fleksibel dan jauh dari
kebisingan lalu lintas sebab jaraka dari jalan raya kurang lebih jarak tempuh
setengah jam-an.
Karakter santri dibangun berdasarkan Al-Qur’an, hal itu merupakan
kebahagiaan yang tak ternilai, menurut ust. Ali Imran, karena ketika seorang anak telah berprilaku sesuai
dengan ketentuan dari Al-Qur’an dan as-Sunnah maka anak tersebut akan menjadi pribadi muslimah yang baik serta kelak akan menjadi perempuan-perempuan yang
menyerupai Siti khadijah dan lainnya.
Beliau juga meramu dan
menawarkan kurikulum terpadu dengan pengembangan Bahasa Arab dan Bahasa
Inggris, Bahasa arab diajarkan agar para santri memahami isi kandungan teks Al
Qur`an, hadis nabi dan doa-doa. Sedangkan Bahasa Inggris untuk menopang
ketrampilan siswa dalam berinteraksi dengan sains teknologi di era modern ini.
d. Pesan dari Ust. Ali Imran
Ketika beliau masih dalam
proses perkuliahan seperti kita ini, beliau memaparkan yang terpenting adalah memiliki niat yang benar ketika menuntut ilmu, yaitu untuk manivestasi
iman. Bukan karena untuk ladang bisnis semata serta mencari keuntungan. kehidupan jangan pernah berhenti hanya karena kekurangan materi tapi selalu lah menjadi orang yang berguna maka kita akan menjadi penggerak di masyarakat untuk selalu membumikan isi
dari ajaran-ajaran Rasulullah baik dari al-Qur’an maupun As-Sunnah.
Mendirikan lembaga seperti
pesantren itu tidaklah mudah karena memerlukan visi-misi yang kuat sebab
perjalanannya akan mendapatkan banyak permasalahan sehingga perlunya kesiapan
sejak ini untuk mencarikan solusi-solusi terbaik dalam menyelesaikannya. Contoh kecilnya adalah memanaj keuangan dengan baik,
antara pengeluaran dan pendapatan harus singkron dan kalau bisa pendapatan
lebih baik dari pada pengeluaran itulah teori umum dalam keberlangsungan suatu
lembaga yang terus maju dan berkembang.
3.
KH. Bashori Alwi – Singosari Malang (Pesantren Ilmu Al-Qur’an: PIQ)
Rihlah ilmiah ke Pesantren ini
dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 27 Maret 2016 Pukul 08.00 sampai
Menjelang Ashar juga. Kemudian menyempatkan diri untuk ke kediaman KH. Tolhah
Hasan akan tetapi beliau berhalangan saat ini jadi terpaksa kami kembali lagi
ke tempat masing-masing.
Beliau yang merupakan pendiri sekaligus
pengasuh, benar-benar istiqamah dalam menggali dan menjungjung tinggi ilmu al-Qur’an
sebab sejak kecil beliau sudah diajarkan dan dipahamkan tentang al-Qur’an mulai
dari segi bacaannya sampai kepada pemahaman isi kandungannya. Juga karena basic
keluarga yang menggeluti al-Qur’an.
Sehingga beliau sangat memperhatikan hal-hal
yang berkaitan dengan al-Qur’an, oleh karena itu ketika kami rihlah ilmiah ke
pesantren beliau kami sempat mendapatkan petuah-petuahnya yang disampaikan di
dalam ruangan khsusus beliau ketika menyambut tamu sebagai berikut:
a.
Kemu’jizatan
serta Keistimewaan al-Qur’an mewajibkan bagi kita sebai umat Islam untuk
menjaga, merawat dan menggali isi kandungannya dengan sungguh-sungguh dengan
cara mempelajari, mengajarkan kepada yang lainnya serta mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
b.
Saat mendengar
ada yang salah dalam membaca al-Qur’an padahal kita mengetahui kesalahan itu
maka wajib untuk memberitahukan kebenarannya dan tidak acuh tak acuh atas
permasalahan kecil tapi bisa berdampak besar nantinya.
c.
Melihat
fenoma sosial banyak di antaranya Imam-imam Masjid yang kurang memperhatikan bacaan
al-Qur’an sehingga terdapat banyak kesalahan baik yang Ja>li (kesalahan besar) maupun yang Sirri (kesalahan
ringan). Maka harus menjaga sampai hal terkecil pun dalam bacaan al-Qur’an tersebut
supaya terbiasa akan hal itu dan tidak meremehkannya, karena kesalahan kecil
yang diremehkan lagi-lagi akan berdampak fatal menurut belaiu.
d.
Calon Kader
Ulama harus serius menjaga, merawat dan menggali al-Qur’an itu dengan baik
mulai dari bacaan yang baik sampai pada pengajarannya dan pemgamalannya.
4.
Pondok Pesantren Riyadhul Jannah Pacet (Mojokerto)
a.
Sejarah Berdirinya
Rihlah ilmiah ke Pondok
Pesantren Riyadhul Jannah dilaksanakan selama 2 hari yaitu pada hari sabtu dan
minggu tanggal 2 dan 3 April 2016 karena sempat nginap satu malam, yang
dipimpin langsung oleh beliau KH.Mahfudz Syaubari MA.
Pesantren di Pacet ini berdiri di atas tanah sendiri yang bertempat di Jalan Hayam Wuruk No. 22 Pacet Mojokerto,
tepatnya disalah satu kawasan wisata Ubalan dan Permandian Air Panas.
Pondok Pesantren Riyadul
Jannah berdiri dari keinginan tokoh-tokoh masyarakat Pacet untuk hadirnya
lembaga pesantren sebagai wadah pendidikan agama di daerah tersebut, sekaligus
sebagai benteng dari pengaruh-pengaruh
negatif wisatawan serta kristenisasi yang sangat kuat pada waktu itu,
karena daerah Pacet merupakan salah satu wilayah basis kristiani.
Pada tahun 1985 KH. Mahfudz
Syaubari MA, yang sebelumnya beliau telah mengajar di berbagai Pondok Pesantren
di luar Jawa diminta untuk mendirikan Pondok Pesantren yang bertempat di salah
satu rumah tokoh masyarakat Pacet, dan pesantren tersebut diberi nama
Darussalam hingga berdirilah dua lokasi baru di sekitar Masjid Al-Hidayah Pacet
pada tahun 1987.
Beliau memiliki seorang guru yaitu Dr.
As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki mengadakan
kunjungan ke pesantren tersebut dan menyarankan beliau untuk mencari tempat
yang lebih representative bagi sebuah pesantren. Akan tetapi
pada tahun 1990 barulah terealisasikan instruksi tersebut dengan pembelian tanah yang menjadi lokasi pesantren sekarang yang merupakan hasil dari keringat sendiri dengan
bekerja dan mengadakan kerja sama dengan pihak yang menguntungkan bukan dari
hasil menyebarkan proposal ke mana-mana.
Sehingga dimulailah pembangunan pesantren baru
yang diberi nama Riyadul Jannah, atas usulan dari guru besar belaiu yaitu Dr. As Sayyid Muhammad bin
Alawi Al Maliki. Akhirnya tahun demi tahun berkembanglah pesantren tersebut
menjadi pesantren yang besar walaupun
selalu mendapatkan berbagai macam rintangan dan halangan tapi tidak mengecilkan
tekad dan perjuangam belaiu beserta keluarga untuk mewujudkan tujuan muliahnya
ini.
b.
Visi dan Misi Pesantren
1) Visi
“Menjadikan Santri Yang Berprestasi, Berbudaya, Dan Berinovasi
Serta Berwatak Religius dan Berjiwa Nasionalis”
2) Misi:
a)
Menciptakan budaya santun
b)
Menerapkan nilai-nilai agama
dalam kehidupan sehari-hari
c)
Meningkatkan prestasi akademik
dan non akademik
d) Meningkatkan kedisiplinan
e)
Menanamkan jiwa kemandirian.
3)
Sarana dan Prasarana
Adapun Proses pembelajaran
yang baik tidak bisa lepas dari adanya sarana dan prasarana yang mendukung,
karena keberadaan dan kelengkapan sarana dan prasarana juga menjadi salah satu
faktor penentu berhasil atau tidaknya proses pembelajaran. Pondok Pesantren
Riyadhul Jannah sebagai lembaga memiliki seperangkat sarana dan prasarana yang
memadai, dan biasa digunakan untuk aktivitas pesantren, baik berupa aktivitas
keagamaan, kependidikan, kewirausahaan maupun kemasyarakatan.
Adapun mengenai sarana dan prasarana Pondok Pesantren Riyadhul Jannah pada
saat ini yaitu:
a) Musholla (2 Buah)
b) Kamar Santri (60 Kamar)
c) Kantor Pondok (2 Buah)
d) Ruang Tamu (5 Buah)
e) Aula (3 Buah)
f) Gedung Diniyyah (15 Buah)
g) Perpustakaan (5 Buah)
h) Komputer (6 Buah)
i)
Kamar mandi (36 Buah)
j)
WC atau Toilet (36 Buah)
Walaupun tersedianya fasilitas yang cukup bagi santri/santriwati berkisaran
300-an itu, ternyata dari segi kebersihan dan kenyamanan ruang pembelajaran
menurut penulis masih kurang bagus karena memang tujuan utama pengelola adalah
menjadikan santri/santriwati itu mandiri dan bekerja keras sehingga mereka
tidak dimanjakan dengan fasilitas mewah khusus untuk tempat tinggal mereka.
Akan tetapi fasilitas mewah itu ditujukan bagi para tamu yang datang dengan
disediakan penginapan gratis bagi para orang tua mereka yang datang dari jauh.
Alasanyya adalah menyambut tamu itu adalah kewajiban bagi setiap umat Islam
dalam menjalin persaudaraan.
4)
Kemandirian Santri Pondok Pesantren Riyadhul Jannah
Para
santri/santriwati belajar jenis-jenis keterampilan praktis di pondok pesantren
relatif dominan di pengaruhi oleh pandangan pengasuh yang merefleksikan
nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam. Fasilitas dan sumber belajar
yang dimanfaatkan dalam pembelajaran ketrampilan santri berasal dari dalam dan
luar pondok pesantren.
Pengelola menyusun
dan melaksanakan program pembelajaran keamandirian memerlukan koordinasi dengan
kyai, kepala sekolah di wilayah pesantren, dan pertimbangan beberapa hal.
Seperti alokasi waktu, tempat, pembimbing belajar, sarana dan prasarana.
Jenis kegiatan pembinaan
mental dan rohani sebagai berikut:
a) Madrasah Diniyyah
b) Seni baca al-Qur’an
c) Halaqoh
d) Hadroh al-Banjari
e)
Bahasa Arab
Tujuannya adalah untuk membekali peserta didik yang
senantiasa takut kepada Allah baik ketika diawasi oleh pengasuh maupun tidak,
serta menjungjung tinggi akhlak yang mulia di mana pun mereka berada.
5)
Sistem Pembinaan
Adapun sistem yang digunakan
dalam pembinaan kemandirian di pesantren ini sebagai berikut:
a) Setiap pekerjaan yang dibebankan kepada santri/santriwati
dikerjakan dengan jalan musyawarah.
b) Bagi pengasuh senangtiasa menanamkan dasar-dasar keagamaan
dan mengajarkan keterampilan-keterampilan yang bisa dibuat sebagai bekal hidup
agar kelak terbentuk kepribadian muslim/muslimah yang tangguh dan mandiri serta
suka kerja keras.
c) Santri/santriwati selalu diajarkan untuk bermanfaat
bagi orang lain dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu di manapun mereka
berada.
d) Pengelola dan pengasuh selalu mengawasi terhadap
pekerjaan dan tanggung jawab yang
dibebankan kepada mereka.
e) Para senior (sebagai pengurus tingkat santri) selalu
mencari regenerasi terhadap adik-adiknya menurut bakat mereka masing-masing
sebagai kaderisasi dalam semua elemen tugas dan pekerjaan sebagai
santri/santriwati.
f) Semua pekerjaan keterampilan seperti perikanan,
kuliner, dan lainnya yang dipekerjakan adalah santri sendiri baik yang sekolah
di situ atau yang selalu mengikuti pengajian rutinan 3 kali dalam seminggu oleh
pengasuh.
g) Santri dilarang membawa peralatan elektronik dan uang
cas tapi mereka dibekali dengan uang kertas biasa seperti halnya tiket untuk
belanja dan itupun hanya berlaku di kantin pesantren dalam bentuk mini market,
untuk menghindari terjadinya pencurian sesama santri sebagai tindakan preventif.
6)
Metode Pemberian Motivasi Wirausaha
Metode pembinaan yang
digunakan adalah sebagai berikut:
a)
Metode kerja langsung atau praktek
Dengan metode kerja langsung atau praktek digunakan
dalam proses pemberian motivasi wirausaha untuk santri secara langsung. Hal
tersebut bertujuan untuk memberikan keterampilan kepada santri/santriwati agar
bisa hidup mandiri ketika sudah terjun ke masyarakat.
Praktek wirausaha disini juga bertujuan untuk membantu
mereka yang tidak mampu untuk membayar penuh di pondok ini, serta menunjang
kegiatan usaha produktif. Semua itu dilakukan atas kemauan mereka sendiri tanpa
pakasaan.
b) Metode latihan
Adapun metode
latihan yang digunakan para santri yang bertugas dalam latihan pendidikan
sosial sehubungan dengan tugasnya masing-masing. Dengan melihat minat dan bakat
mereka sehingga mereka termasuk profesional dalam melakukan pekerjaan dengan
sungguh-sungguh.
7) Pesan khusus Pengasuh untuk para santri penerima-beasiswa
PKU se-Indonesia ini sebagai berikut:
a)
Setiap lembaga pendidikan akan mencetak santri/santriwati yang mandiri
apabila lembaganya bisa mandiri dan berdiri sendiri, tanpa berharap kepada
penyebaran proposal yang indikasinya adalah pengemis profesional (bahasa penulis).
Sama halnya dengan kyainya, kita harus tetap bekerja dan mandiri untuk
menghidupi diri sendiri, keluarga, dan lembaga pendidikan yang kita pimpin,
sebagai motto tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah.
b)
Kita sebagai khalifah yang disebut manusia yang merupakan makhluk material, makhluk sosial dan makhluk spiritual. Dengan demikian harus terjadi keseimbangan ketiganya
supay mampu menjadi makhluk paling sempurna dibandingkan dengan yang lainnya.
c)
Sebagai lembaga pendidikan dan termasuk pesantren yang mandiri seyogyanya
memberikan sumbangsih bukan justru meminta kepada lembaga negara atau swasta
akan tetapi menjadi lembaga yang membantu negara ini.
d) Jadilah orang yang tangguh dan pantang menyerah karena
negara kita semakin hari semakin dijajah oleh pihak asing dengan berbagai cara
mulai dari bidang politik, ekonomi, pendidikan bahkan sumber daya alam kita
juga ikut digali dan dihabisi sedikit demi sedikit yang pada akhirnya negara
ini akan dikuasai oleh mereka. Karena itulah wajib menjadi pribadi yang memberi
bukan meminta dan menjadi orang-orang yang mengelola sumber daya kita dengan
baik dan berkelanjutan.
e)
Jangan lupa niat yang baik untuk memuali segala sesuatu agar selalu
mendapat ridho dan inayahnya dalam beraktivitas setiap harinya sehingga
keberkahan yang di dapat bukan mala petaka.
5.
KH. Tholhah Hasan- Singosari Malang
Rihlah ilmiah ke kediaman
beliau dilaksanakan pada hari Ahad tanggal 17 April 2016 pukul 08.00 sampai menjelang
Ashar lagi di daerah Singosari. Waktu itu penulis mendapat cobaan yang lumayan
berat karena ban motor bocor dua kali sebelum sampai ke kediaman beliau dan
setelah sampai di sana, bahkan sampai sore saya berada di bengkel sekitaran
Singosari, demi ilmu itu tidak ada apa-apanya.
Beliau termasuk salah satu
guru besar Universitas Islam Malang (UNISMA) dan merupakan mantan Menteri Agama
Era Kepemimpinan KH. Abdurrahman Wahid (Sapaan akrab belaiu: Gusdur).
a.
Konsisten adalah kunci sukses
Menurut beliau bahwa negara yang paling tidak aman di dunia itu
adalah Negara Islam seperti Irak, Syiria, Afghanistan, Yaman dan Libia itu
semua Negara Islam, di Indonesia yang punya istiqomah kerja adalah orang
Madura. Dan santri yang paling istiqomah adalah santri Tahfidzul Qur’an, santri
yang ingin sukses adalah santri yang harus memiliki amalan-amalan yang
dilaksanakan secara istiqomah, kalau punya wiridan dibaca secara istiqomah
tidak hanya pada waktu yang dibutuhkan saja tetapi kerjakanlah di saat Shalat Dhuha
atau Shalat Tahajjud.
Sebagai suri teladan yang baik adalah Nabi Muhammad saw yang mewariskan
keimanan dan keyakinan kepada kita umat muslim, jadi hendaklah jangan hanya
berpegang pada teori barat tetapi selayaknya kita menanamkan keyakinan Ajaran
Islam itu kepada peserta didik sebagai modal utama dalam berfikir, berbicara
dan bertindak yang dilandaskan dengan al-Qur’an dan al-Hadith.
b.
Hal yang terpenting dalam
Pendidikan
Agama Islam merupakan agama paripurna dan mempunyai sesuatu yang
berbentuk fitrah, fitrah itu terdiri dari dua yaitu fitrah mukhallaqah
dan fitrah munazzalah. Fitrah mukhallaqah itu adalah fitrah yang
dibawa sejak lahir, memang sejak lahir itu sudah membawa fitrah kecenderungan
untuk mencari Tuhan dalam al-Qur’an diceritakan pada saat manusia berada pada
alam ruh, ditanya oleh Tuhan “Alastu Birabbikum” (bukan aku tuhan
kalian)? lalu mereka menjawab “Qa>lu Bala> Syahidna>,” (Iya
kami menyaksikannya).
Itu berarti fitrah mereka, tetapi mengapa di antara orang yang
lahir yang sudah membuat komitmen dengan Tuhan tapi ternyata tidak bertuhan juga,
jadi melanggar ketentuan Tuhan atau melanggar ajaran Tuhan, dalam sebuah hadith
kan dijelaskan “Kullu Mauludin Yuladu ‘Alal Fitrah Fabawahu Yuhawwidanihi Au
Ymajjisanihi”, itu bukan keturunan yang menyebabkan ia menjadi yahudi dan
nasrani, tapi pendidikan lingkungan, keluarga, dan kondisi di keluarga ini yang
memiliki masalah keturunan, yang orang fitrahnya bagus menjadi tidak bagus
karena lingkungannya salah, karena itulah, Tuhan sayang kepada manusia walaupun
Tuhan itu yang menciptakan, menjadikan standar masih baik atau tidak fitrah
itu.
Tuhan membuat parameter yang lain yang disebut fitrah
munazzalah, jadi saya berfikir pelajaran itu tidak ada hubungannya dengan
kesarjanaan, sudah S3 ternyata masih belum jelas arah dan tujuannya itu
menunjukkan bahwa istilah “problem solfing” yang terkadang dengan
masalahnya sendiri dia tidak mengerti.
Kurang tanggapnya para sarjana kita itu karena kehilangan budaya
intelektual, yaitu budaya membaca, budaya meneliti dan budaya menulis, orang
itu mempunyai gelar apapun tetapi tidak memiliki budaya membaca meneliti dan
menulis itu sulit bagi mereka memasuki dunia intelektualisme.
Sehingga hanya punya ijazah dan gelar tapi dia tidak bisa berfikir
yang lebih luas karena input informasi yang mereka miliki tidak luas juga. generasi
sekarang ini rata-rata malas belajar, salah satu diantara penyebabnya adalah
kelemahan dalam mengerti Bahasa Asing lalu mengambil jalan pintas pada google,
kalau sudah begini sudah punya sikap remeh asal mudah saja, maka akan sulit.
Kemudian kata beliau bahwa budaya intelektual ini harus dijadikan
sebagai budaya yang membuming untuk seluruh umat Islam di dunia khsuusnya
negara kita yang tercinta ini. Ulama-ulama terdahulu itu memiliki budaya
intelektual, budaya intelektual itu tidak selalu diukur dengan gelar itu
sebabnya ICMI itu ketika menyusun pengurus tidak ada yang menyebutkan gelar,
karena yang dicari bukan gelarnya tetapi intelektual orang itu.
Bedanya intekektual dan akademisi itu adalah
kalau akademisi belajarnya sampai tuntas dan mendapat gelar seperti S1, S2 Dan
S3, itu adalah proses-proses yang sifatnya normative dan formalitas, belum
tentu yang S2 itu lebih pinter dari yang S1, ada juga S1 yang sudah kelihatan
lebih pinter dari pada yang S2 bahkan dari dosennya sendiri.
Budaya Intelektual itu sudah termaktub dalam
al-Qur’an, kita itu termasuk ke dalam orang-orang yang al-Sam’u, al-Basharu
dan al-Fuad. Tetapi kebanyakan kita memilih kelompok yang al-Sam’u,
mendengar saja, kalu diajak ngaji dua jam itu tahan tapi kalau disuruh membaca
yang membutuhkan suatu energi yaitu melihat itu setengah jam sudah mengantuk,
apalagi yang al-Fuad yang merupakan refleksi-refleksi dari hal yang dua
tadi, kalau al-Sam’u itu orang awam itu wajar tapi kalau sarjana itu
sudah ketinggalan ayat tersebut diakhiri dengan Waqalilun Min Ibadiya
al-Syaakur, yaitu tidak menggunakan ketiga nikmat yang sangat potensial
itu.
Kata beliau bahwa saya membeli berbagai macam
buku karena ingin membuat lingkungan anak-anak keluarga saya itu rajin membaca
tidak hanya mendengar atau diceritakan oleh kakeknya saja tapi harus dibiasakan
mulai dari kecil jadi harta saya yang saya wariskan kepada anak cucu saya
adalah buku, ketia saya berumur 4 tahun ayah saya sudah meninggal ibu saya
tidak pernah sekolah, dia bisa membaca tapi tidak bisa menulis jadi tidak mudah
memperoleh buku itu pada zaman itu, tidak semudah sekarang kalau sekarang kalau
tidak ada buku tinggal fotocopi karna sudah ada mesin fotocopi. Dari
keterbatasan itu saya manfaatkan dengan baik dan berusaha sekuat tenaga untuk
memperoleh ilmu pengetahuan sehingga bisa menjadi seperti saat sekarang ini,
dan kalian pun bisa seperti saya hanya persoalan waktu dan kesempatan.
c.
Factor Genetik terhadap pendidikan
Faktor gen ini memang kita akui mempunyai pengaruh tapi potensi gen
itu tergantung pada situasinya kalau kebetulan gen itu bagus dan hidup
ditengah-tengah situasi yang mendukung maka gen itu akan muncul tapi kalau gen
itu bagus tapi situasinya tidak mendukung maka gen ini menjadi mandul, kalau
kita lihat Nabi Muhammad itu sebenarnya gennya hebat tapi lingkungannya pada
waktu itu kurang bagus akhirnya beliau mendapat kesusahan dalam memperoleh
ilmu.
Kelebihan Nabi Muhammad itu kelihatan setelah menikah dengan Siti
Khadijah, ada pendukung yang istimewa itu sebabnya kenapa beliau itu sering memuji
kelebihan Siti Khadijah di depan semua istri-istrinya ketika Aisyah protes
kepada Nabi tidak ada kah wanita selain wanita tua itu, bukankah Allah telah
memberimu ganti yang lebih baik darinya? Nabi menjawab, tidak ada wanita yang
dapat menggantikan kelebihannya, Khadijah telah beriman kepada saya ketika
orang banyak mendustakan saya, dan mendukung saya ketika manusia lain menjauh
dariku dan mendukung dengan harta untuk dakwahku.
Oleh karena itu, menjadi istri itu harus seperti Khadijah selain
itu ada masalah biologis yang diberikan Khadijah kepada Nabi, Khadijah
memberikan anak-anak atau keturunan dan istri-istri yang lain tidak ada yang
memberikan seperti beliau, itu adalah suatu jawaban yang cerdas sekali oleh Rasulullah
kepada Aisyah, setelah itu istri Nabi tidak ada lagi yang menggugat ketika Nabi
Muhammad memuji kelebihan-kelebihan Khadijah karena mereka tidak bisa melakukan
peran seperti yang dilakukannya.
Saat ini wanita-wanita kita itu sudah banyak mendapat fasilitas
pendidikan yang memadai tapi yang ahli syariah itu jarang bahkan tidak ada,
yang banyak itu dua yaitu ahli dakwah dan ceramah atau pinter ngomong, padahal
kita membutuhkan dan mencari yang ahli syariah di pusat hanya ada satu yaitu Ibu
Khuzaimah, dan dulu orang yang ahli syariah itu adalah bibinya gusdur yaitu
putrinya Abah Hasyim Asy’ari. Maka kalian inilah sebagai wanita yang kebetulan
ada 6 orang PKU yang perempuan sebagai calon-calon ahli syariah itu.
d.
Kriteria Ulama
Adapun kriteria ulama saat ini adalah, Pertama; mempunyai
kedalaman dan keluasan ilmu. Kedua; mempunyai integritas moral sehingga
akhlaknya itu dapat dijadikan teladan. Ketiga; harus dekat dengan
masyarakat. Bedanya ulama kampus dan ulama pesantren adalah kalau ulama
pesantren makin tambah alim makin tambah dekat dengan masyarakat tapi kalau
ulama kampus makin tambah pinter maka, tambah jauh dari masyarakat dan dekat
dengan birokrat. Keempat; ada suatu kepercayaan dari masyarakat sebagai
seorang tokoh yang jadi panutan mereka dan ilmunya harus melebihi ilmu dari
masyarakat itu sendiri.
Ulama itu harus memberi suri tauladan yang baik, karena itulah yang
menjadi keberhasilan Nabi dalam berdakwah adalah Mau’idzoh diiringi
dengan Uswatun hasanah, tapi sekarang ini hanya Mau’idzohnya
dan Uswahnya tidak.
F. Penutup
Dalam meningkatkan program
mutu pendidikan Mahasiswa Pendidikan Kader Ulama UIN Malang tahun pelajaran
2015/2016 mengadakan rihlah ilmiah ke
beberapa Pesantren di antaranya; International Islamic Boarding School
Tazkia, Al Izzah International Islamic Boarding School, KH. Bashori Alwi
(Pesantren Ilmu al-Qur’an), Pondok Pesantren Riyadhul Jannah, dan KH. Tholhah
Hasan, sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola pesantren dengan melihat
Sejarah berdirinya pesantren, visi-misi, tujuan dan seluk beluk adanya
pesantren-pesantren itu hingga bertahan sampai saat ini.
Kegiatan rihlah ilmiah ini
berjalan lancar penuh dengan kesungguhan yang di ikuti oleh Mahasiswa Pendidikan
Kader Ulama UIN Malang tahun ajaran 2015-2017 serta atas bantuan dari
masing-masing pengasuh pesantren yang kami kunjungi dengan informasi-informasi
yang sangat bermanfaat bagi kami nantinya ketika pulang ke tanah air
masing-masing untuk menjadi pengelola yang handal juga seperti mereka, semoga
Allah selalu merahmati dan memberikan ganjaran pahala yang besar baginya. Amin
ya rabbal alamin.
Adanya laporan kegiatan
sebagai bahan diskusi bagi kita semua untuk lebih mendalami lagi seputar perkembangan
pesantren yang ada di malang dan sekitarnya ini. Akan lebih baik kalau kegiatan
seperti ini dilanjutkan ke skala yang lebih besar yaitu di lakukan kegiatan
rihlah ilmiah ke pesantren se-Indonesia yang menjadi menonjol di daerah
masing-masing.
Akhirnya rasa syukur dan
terima kasih banyak atas semua pihak yang membantu dalam proses kegiatan ini
sampai pada sesi pelaporan kegiatan, mudah-mudah kelak menjadi pribadi-pribadi
yang bermanfaat kapan pun dan di mana pun kita berada.
G.
Lampiran-lampiran
Lampiran 1:
International Islamic Boarding School Tazkiyah Malang
Lampira 2:
Internasional Islamic Boarding Scholl Al-Izzah Batu
Lampiran 3:
Pondok Pesantren al-Qur’an(PIQ) Singosari-Malang (KH. Bashori
Alwy)
Lampiran 4: Pondok Pesantren Riyadhul Jannah Pacet-Mojokerto
Lampiran 5:
Kediaman KH. Tolhah Hasan Singosari-Malang