Apa Aja

Apa Aja

Minggu, 29 Januari 2017

Mengalah lebih baik

              Sambutan pagi ini sungguh terasa nikmat walau masih ada sedikit gangguan cuaca menurut sang pemikir karena setiap keadaan selalu ada plus negatifnya dimana pun itu. Suara pagi ini masih sedikit karena cuaca mendung begitu asyik memperdaya perasaan orang-orang sehingga mudah sekali untuk terlelap di pagi hari padahal seyogyanya di pagi hari itu enaknya mengaji, berzikir dan bertafakkur atas apa yang menjadi kewajiban bagi muslim/muslimah. 

Menjadikan aktivitas di pagi hari dengan penuh makna jauh lebih baik dibandingkan sekedar ngisi buat ngopi/ngeteh apalagi tidur, Pagi merupakan awal berfikirnya dan bergeraknya manusia saat setelah selesai istirahat panjang dan merupakan awal untuk memulai melakukan hal-hal yang menjadi rutinan serta penambahan aktivitas yang secara tiba-tiba ada seperti saat sekarang ini, saya mengupayakan datang ke perpus hanya sekedar mencari motivasi untuk belajar dan belajar akan makna kehidupan yang tidak boleh kita berhenti berfikir, berkarya, dan bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain dan tentunya untuk agama, bangsa dan negara Indonesia tercinta. Allahu Akbar.!!!

Nah sampailah saatnya saya curhat sedikit pengalaman hidup untuk para pembaca sekalian, alhamdulillah kemarin tepatnya hari jum'at tanggal 27 Januari 2017, salah satu teman kami yaitu saudara Wahyu Setyabudi, SQ.,S.Pd.I.,c M.Ag telah melangsungkan akad nikah dengan gadis pilihannya yang kebetulan berasal dari daerah Jombang-Jawa Timur dan beliau sendiri dari Ciamis-Jawa Barat. yaaa namanya juga jodoh bisa datang dan muncul di mana pun kita berada, Jangan takut gak punya jodoh di dunia ini asal mau pasti ada saja jalan dari-Nya karena merupakan kewajiban bagi setiap manusia di muka bumi ini untuk melestarikan kehidupan manusia. yaa kalau tidak bahaya, manusia punah terus siapa yang mau menjadi khalifah githu lho... hehe

Oleh karena itulah, mari gerakkan kata-kata kita untuk segera menikah bagi yang sudah siap lahir bathin.!!! nikah yuuu... itulah sedikit motivasi bagi saya pribadi dan lainnya juga yah...

Sedikit mengambil pelajaran dari perjalanan pulang menuju ke malang pada hari sabtunya karena kami di sana sekitar dua hari dua malam. Awalnya saya ngusulin untuk menunda kepulangan hari sabtu sore itu, karena melihat cuaca yang kurang tepat karena selalu hujan saat sore hari daerah jombang dan sekitarnya, usulan saya, besok pagi aja kita pulang abis sholat subuh supaya enak perjalanan untuk menghindar hujan dan kemacetan di jalan karena berpapasan malam minggu yang mana banyakan orang keluar rumah untuk refreshing. Tapi Takdir berkehendak lain, temen-temen gak ada yang sepakat dengan usulan saya, ya terpaksalah pulang dengan senang hati. 

sekitaran beberapa detik saja, udah datangf hujannya menghampiri langsunglah kami semua memakai mantel hujan untuk pelindung dari kebasahan. Singkat cerita, pas kami di sekitaran daerah kasembon kalau gak salah, terjadilah peristiwa yang tidak diinginkan oleh semua orang apalagi saya. Tiba-tiba ada mobil yang gak terlalu jelas platnya apa tapi warna mobil hitam mengambil area jalan secara tiba-tiba tanpa memperhitungkan pengendar motor yang kebetulan juga sama-sama lajunya yaa sekitaran lari-lari 60, sehingga saya juga tidak menyangka dibelakan ada pengendara seorang bapak yang sudah berumuran kisaran 50 tahun ke atas mengambil jalur kiri juga, pada akhirnya nyerempet jas hujan yang saya pake lalu jatuhlah ia kepinggir solokan, perkiraan motornya mungkin gak bisa ngerem dengan baik soalnya kondisi motor udah agak tua juga, megapro mereknya seingatku. 

Jatuhlah bapak itu, karena tidak bisa mengendalikan motor dengan baik. dengan rasa peduli dan kasihan saya memberhentikan motor dengan baik soalnya kondisi sama-sama menghindari mobil yang mengambil sebagian jalur kiri kami. pikirku saat itu, jangan-jangan bapak yang jatuh itu meninggal dunia atau parah lukannya ternyata secara spontan dia lebih cepat datang menghampiri saya untuk meminta pertanggungjawaban atas jatuhnya ia dipinggir jalan itu, padahal secara riil dia ambil jalur kiri untuk melambung dan tidak bisa merem motornya dengan baik lalu saya lah yang disalahkan. Saat itu, bapaknya ngomel dengan bahasa daerahnya lagi yang notabene saya masih kurang paham tapi yang saya tangkap adalah meminta saya untuk mengganti rugi atas kecelakaan yang ditimpanya itu.

Perdebatan begitu memanas antara bapak itu dengan temen-temen seperjuangan di Malang ini, untuk membicarakan kronologi peristiwa yang pada akhirnya saya memilih mengalah dan siap menanggung biaya yang diminta oleh bapak itu, walaupun sebenarnya motornya gak rusak para hanya bengkok stand kaki sebelah kiri tempat untuk bersandarnya kaki ketika oper gigi (istilah saya). Awalanya pembicaraan biaya sesuai yang diminta oleh tukang bengkel yang akan memperbaiki motornya supaya lebih jelas berapa kerugian atas motornya yang sedikit rusak dan lecet bagian depan hanya sekitar 50% yang dimnta dari total keseluruhan akhir permintaan bapak yang nyerempet saya itu. karena alasan kemanusian lagi sebab ada sedikit tergores dibagian kaki kirinya. Sampai-sampai bapaknya itu mau ambil jalur hukum dengan sama-sama ke polisi tapi kami berfikir ulang hanya masalah uang yang diminta dengan kebenaran yang ada jelaslah bapaknya tidak akan mendapatkan apa-apa karena dia yang nyerempet malah dia yang jatuh juga jadi bukan kesalahan saya karena posisinya dia dari belakang terus dari arah kiri lagi. 

Allah Maha Tahu siapa yang salah saat itu, dengan sedikit perasaan tidak enak memberanikan diri untuk menasehati bapaknya dan rela memberikan sejumlah uang yang dimintanya. juga karena saran-saran temen bahwa lebih baik mengalah pada yang lebih tua karena walaupun kita menjelaskan dengan panjang lebar tetap bapak itu tidak mengerti karena hanya emosi yang diandalkannya. 


Puji syukur alhamdulillah saat itu saya tidak diberikan sedikit pun rasa ingin marah dan membalas perlakuan bapak itu. Baru setelah sampai di tempat kami di Malang pikiran terasa terbebani dengan kejadian itu. Ambil hikmahnya aja, bukannya takut karena ingin dibawa ke ranah hukum tapi kami kasihan melihat bapak itu yang hampir mati malah justru emosi dalam menyikapi kejadian yang nyata-nyatanya tidak ada yang menginginkan itu terjadi. Itulah takdir dari-Nya yang akan menguji kita sejaumana bisa menerima dan menyikapinya dengan baik tanpa merugikan orang lain walaupun rela merugikan diri sendiri secara materi tapi secara immateri itu merupakan pelajaran yang berharga bagi saya pribadi. Semoga semua pembaca yang memiliki kendaraan agar hati-hati dalam perjalanan dan ketika menghadapi situasi seperti di atas "Ambillah posisi terendah untuk meredahkan perselisihan". teringat ucapan temen di awal-awal semester di UIN Maliki di sini.

Ditulis ketika berada di dalam perpus satu di jl. Gajayan, awalnya mau revisi proposal tapi malah nulis buat blog ini . gak papalah berbagi pengalaman. 30/01/2017. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar