Apa Aja

Apa Aja

Sabtu, 15 Januari 2022

“Jabatan Hanya Sementara”

 

By Abustan Falahuddin (Guru Akidah Akhlak 7 MTs PP. Al-Ikhlas Ujung-Bone)

Di kehidupan yang penuh dengan gemerlapnya dunia, manusia seakan lupa akan siapa jati diri mereka sebenarnya. Terkadang menganggap sesuatu itu seolah-olah akan ia erat selamanya, terkadang berfikir kalau saya terus berusaha maka saya akan bisa mempertahankan apa yang saya miliki saat ini.

Kalau kita mau berkacamata secara logis dan empiris serta spiritualisme maka akan muncul satu anggapan yang sempurna yaitu “Semuanya akan sirna pada waktunya” tinggal bagaimana kita bersiap diri untuk menghadapi itu semua terlepas dari berbagai keberuntungan yang kita miliki. Karena keberuntungan itu susah untuk dikemukakan sebab datangnya tidak diundang dan perginya pun sama tidak diantar tiba-tiba ada saja. Itulah yang diistilahkan oleh anak zaman sekarang yaitu “Rejeki Nomplok” artinya sesuatu yang tidak pernah kita duga-duga. Dalam Bahasa agama “Min Haitsu laa Yahtasib”.

Kembali ke pembahasan kata sementara, sementara ini hanya berkutat pada ada atau tidak adanya sesuatu itu. Jadi boleh jadi kita melihatnya sekarang tetapi tiba-tiba dia tidak ada atau menghilang tanpa jejak. Itulah yang namanya kehilangan segala-galanya padahal dulunya kitalah yang capek sekali dalam mempersiapkan itu semua.

Oleh karena itu, pikir saya saat ini sebagai seorang yang mengkritik diri sendiri pada tulisan ini bahwa kadang diri ini sendiri lupa bahwa semua itu adalah “titipan sementara” yang sewaktu-waktu pemilik dari titipan itu bisa saja mengambilnya, jadi janganlah pernah merasa akan hidup selamanya apalagi memilikinya selamanya. Dalam konteks di sini adalah umum, apa saja itu. Sehingga kalau manusia yang sudah memanusiakan dirinya maka dia tidak akan mau melakukan kegiatan yang membuat orang lain rugi, bangkrut, sengsara dan lain sebagainya. Karena yang ada dalam pikirannya hanya satu yaitu” Semua orang akan menghilang jasadnya suatu saat“.

Orang-orang yang betul paham akan hal itu maka dia akan secara terus-menerus memperbaiki diri bukan malah berbangga diri di hadapan orang lain. Oleh karena itu, marilah sebagai orang yang merasa dirinya sebagai manusia yang digelari oleh sebagai Makhluk yang paling sempurna, maka dalam kehidupannya akan diberikan kedamaian tanpa pertikaian, permusuhan dll. Kalau toh ada yang memusuhinya maka dia sendiri akan merasa fine-fine saja.

Sudah sepatutnya kita harus selalu mengoreksi diri sendiri sebelum mencoba melihat koreksian ke orang lain, kata orang bijak “Lebih baik kita mencari kesalahan sendiri dibanding mencari-cari kesalahan orang lain”. Karena itu, sebagai manusia yang mempunyai kodrat gelar yang luar biasa dari Allah, maka mari kita sama-sama saling mengingatkan, saling menghormati, saling menghargai, saling tolong-menolong, saling bekerjasama dalam kebaikan dan mencoba menghindari yang namanya pertikaian dan permusuhan. Saya pun sebagai penulis ini belum tentu mampu melihat kekurangan sendiri tetapi kita sama-sama mencoba melihat itu. Dan ujungnya adalah sama-sama berusaha berubah dan mau memperbaiki diri dari hari ke hari, dari waktu ke waktu, dari jelek menjadi baik, dari baik menjadi lebih baik lagi. Begitu seterusnya sampai datangnya hari, dimana hari yang semua orang tunggu-tunggu yaitu ingin bertemu dengan pencipta-Nya.

Akhirul kalam, wallahul muwaffiq ila aqwami thariq tsummas salamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

3 komentar: