MANAJER STRATEGIK
Makalah ini dibuat sebagai syarat
untuk memenuhi mata kuliah
Manajemen Strategik Pesantren
Dosen Pengampu:
Dr. H. Mulyono, M.Ag
ABUSTAN
Nim: 15750013
SEMESTER II
PROGRAM MAGISTER STUDI ILMU AGAMA
ISLAM
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2015-2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
puji syukur kehadirat Allah swt. Yang telah memberi nikmat sehingga masih tetap
istiqamah dalam menjalankan aktivitas rutin yaitu mencari ilmu pengetahuan dan berusaha
untuk selalu mengamalkannya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
junjungan Nabi besar kita Muhammad saw. Yang telah diberikan amanah oleh Allah
untuk selalu memberi petunjuk kepada ummatnya melalui al-Qur’an dan Sunnahnya,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan semaksimal mungkin.
Makalah ini
mengarahkan kepada kita untuk mengkaji tentang manajer strategik dalam
mengembangkan pondok pesantren. Hal ini bisa membuat pesantren menjadi siap
bersaing di era globalisasi ini, dengan memakai sistem manajemen strategik
apalagi sekarang negara kita akan dimasuki oleh negara-negara tetangga sehingga
butuh kekuatan untuk bersaing terutama dalam dunia pendidikan.
Ucapan terima
kasih pemakalah sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian makalah ini terutama Bapak Dosen sehingga dapat menjadi sumbangsih
bagi siapa saja yang meneliti tentang tema yang ada dalam makalah ini.
Demikianlah
makalah ini dibuat dan dapat digunakan sebagaimana mestinya, penulis telah
berupaya dengan keras untuk menyelesaikannya walaupun masih terdapat banyak
kekurangan. Sehingga masih memerlukan saran dan krtikan dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah berikutnya.
Wallahu Muwaffiq Ila Thariqil Haq
Wassalamu ‘alaikum wr. Wb.
Malang, Mei 2016
Penulis; Abustan
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Melihat fenomena hidup saat ini,
banyaknya kemunduran dari dunia pendidikan yang membutuhkan dorongan untuk
kembali maju lagi seperti sebelumnya, sehingga perlunya merubah sistem
manajemen yang sudah diterapkan ke sistem manajemen baru sebagai pendorong kembalinya
kesuksesan yang pernah diraih.
Dengan mengadopsi sistem manajemen
strategik untuk diterapkan di dunia pendidikan yang awalnya digunakan untuk
dunia bisnis dalam memasarkan suatu produk. Diharapkan menjadi penyemangat
kembali dalam meningkatkan mutu pendidikan saat ini. Oleh karena itu dengan
sistem tersebut dapat menjadikan pendidikan itu menjadi menarik kembali minat
para orang tua untuk mempercayakan anak-anak mereka kepada para pendidik dan
pengajar.
Dengan demikian melalui sistem
manajemen strategik yang diterapkan di pesantren akan menghasilkan sistem yang
relevan dengan kondisi arus perkembangan, sehingga ke depannya pesantren tidak
lagi dipandang sebagai sistem pendidikan klasik tapi sudah mendunia. Semua
itu bisa terwujud jika para pelaku atau manajer yang bertindak dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku serta memiliki taktik atau
strategi yang handal dan berdaya guna.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
tanggungjawab pimpinan organisasi pesantren, tugas pimpinan dalam manajemen
stretegik dan keanggotaan pengurus yayasan/harian?
2.
Bagaimana
tanggungjawab dan tugas pokok manajemen puncak pondok pesantren?
3.
Bagaimana
model manajemen strategik di pondok pesantren?
C.
Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dalam membahas makalah
ini adalah Untuk mengetahui tanggungjawab pimpinan organisasi pesantren, tugas
pimpinan dalam manajemen stretegik dan keanggotaan pengurus yayasan/harian. Untuk
mengetahui tanggungjawab dan tugas pokok manajemen puncak pondok pesantren. Dan
dapat menerapkan model manajemen strategik di pondok pesantren.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Tanggungjawab Pimpinan Organisasi Pesantren Tugas Pimpinan Dalam
Manajemen Stretegik Dan Keanggotaan Pengurus Yayasan.
Pengambilan keputusan yang strategis[1]
itu adalah orang-orang dalam perusahaan yang secara langsung terlibat dalam
proses manajemen strategis, mereka adalah manajer strategis dengan beberapa
bantuan dari staf yang mengamati lingkungan strategi dan kebijakan dan
mengevaluasi serta mengendalikan hasil-hasilnya dengan penuh tanggungjawab
sesuai dengan tugas masing-masing.
Para pelaku manajer strategis itu
adalah Dewan Komisaris (board of directors) dan manajemen puncak. CEO (Chief
Executive Offiser) dan COO (Chief Operation Offiser) atau presiden,
wakil presiden eksekutif dan wakil presiden yang mengepalai divisi operasi dan
wilayah fungsional akan membentuk kelompok manajemen puncak. Secara tradisional
dewan komisaris ikut serta dalam manajemen strategis hanya pada tataran penyetujuan
proposal secara pasif dari manajemen puncak juga bisa memilih dan
memberhentikan CEO tersebut. [2]
Adapun Dewan Komisaris dalam dunia
pesantren yaitu bertindak sebagai Pnegurus Yayasan, Manajemen Puncak adalah
sebagai Direktur sedangkan CEO dan COO adalah pimpinan Pondok atau para kepala
madrasah baik itu Madrasah Aliyah dan Madrasah Tsanawiyah seperti di pesantren
al-Ikhlas Ujung-Bone, Sulawesi Selatan. [3]
1.
Tanggungjawab
Pimpinan Organisasi Pesantren/Perusahaan
Hukum dan standar yang menetapkan tanggungjawab dari dewan
komisaris berbeda-beda dari satu negara dengan negara lainnya. Misalkan anggota
dewan di Ontario, Kanada, menjalankan operasi di bawah lebih dari 100 propinsi dan hukum federal
menentukan kewajiban direktur. Di Amerika Serikat sendiri tidak ada standar
nasional atau hukum federal yang menetapkan kewajiban direktur, syarat khusus
untuk direktur sangat beragam tergantung di mana perusahaan itu didirikan.
Sehingga wawancara yang dilakukan dari 200 direktur dari 8 negara mengungkapkan
lima perjanjian utama dalam tanggungjawab dewan komisaris didaftar urut dari
yang paling penting sebagai berikut: [4]
a.
Menetukan
strategi perusahaan, seluruh arah, visi dan misi.
b.
Suksesi
memilih dan memberhentikan CEO dan manajemen puncak.
c.
Mengendalikan,
memonitor, atau mengawasi manajemen puncak.[5]
d.
Meninjau
dan menyetujui penggunaan sumber daya.
e.
Memperhatikan
kepentingan pemegang saham.[6]
Dalam hal ini
pihak dewan komisaris bertindak sebagai pengatur urusan-urusan perusahaan dan
bukan pada tataran pengelola karena itu merupakan hukum yang berlaku pada
sistem perusahaan di dunia. Mereka juga harus bertindak dengan hati-hati yaitu
tekun, peduli dan mempunyai keahlian yang sama dengan yang dilakukan oleh orang
biasa. Jika direktur atau dewan komisaris gagal bertindak dengan hati-hati maka
perusahaan akan berada pada posisi rugi dan tanggungjawab mereka adalah
menyelesaikan permasalahan tersebut. [7]
Sama halnya
dengan sistem yayasan dimana para pengurusnya bertanggungjawab dalam setiap
permasalahan yang muncul karena sangkut pautnya dengan pesantren ke depannya. [8]
2.
Tugas
Pimpinan dalam Manajemen Strategik
Adapun tugas Manajer strategis selaku pimpinan organisasi pesantren
atau dewan komisaris dalam perusahaan sebagai dasar untuk menyelesaikan tugas
sebagai berikut : [9]
a.
Memonitor,
mengikuti seluruh perkembangan perusahaan dari luar dan dalam sama halnya
dengan pesantren yang diibaratkan sebagai perusahaan.
b.
Mengevaluasi
dan mempengaruhi, bertindak sebagai pemeriksa proposal, keputusan dan tindakan
manajemen setuju atau tidak, memberikan nasihat dan saran.[10]
c.
Memulai
dan menetapkan, mereka dapat menggambarkan misi perusahaan/pesantren dan
menetapkan pilihan-pilihan strategis kepada manajemen.
3.
Keanggotaan
Pengurusan Yayasan/dewan
Dewan komisaris dari sebagian besar perusahaan milik publik terdiri
dari direktur dalam dan luar, direktur dalam biasanya disebut sebagai direktur
manajemen yaitu karyawan dan para eksekutif yang dipekerjakan oleh perusahaan.
Adapun direktur luar yaitu eksekutif dari perusahaan lain dan bukan merupakan
karyawan. Direktur dalam lebih proporsional dalam menangani permasalahan
dibandingkan dengan direktur luar karena mereka hanya mementingkan keuntungan
sebagai pemegang saham. Walaupun demikian, secara nyata mereka akan bertindak
secara objektif dibandikan dengan direktur dari dalam perusahaan itu sendiri.[11]
Di dunia pesantren yang kita ketahui tidak seperti demikian karena
yayasan sendiri selalu memusatkan perhatian terhadap kepentingan kemajuan
pesantrennya serta rata-rata pengurus yayasan adalah dari keluarga mereka
sendiri.[12]
dalam pemilihan anggota organisasi dalam dewan komisaris biasanya disesuaikan
dengan aturan sesuai dengan perundang-undangan di negara masing-masing tapi
kebanyakan adalah pihak perusahaan sendiri yang menentukan jumlah berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Kont/Ferry Internasional pada tahun 1992, bahwa
rata-rata perusahaan besar milik publik mempunyai 12 direktur, 3 dari dalam dan
9 dari luar. Begitu pun milik swasta yang hanya mempunyai 7 atau 8 anggota. [13]
hampir sama dengan yayasan mereka juga memiliki beberapa anggota dalam struktur
yayasan itu tergantung pada kebutuhannya.[14]
B.
Tanggungjawab dan Tugas Pokok Manajemen Puncak Pondok Pesantren.
CEO perusahaan biasanya menlakukan
fungsi manajemen puncak bekerjasama dengan COO atau presiden, wakil presiden
eksekuif dan wakil presiden divisi dan fungsi. CEO sangat mempunyai pengaruh
yang kuat terhadap arah strategis perusahaan juga mempunyai pengaruh terhadap
jalannya kinerja perusahaan melalui tindakan atau pernyataan mereka. [15]
Begitu pun dengan pimpinan dalam
pondok pesantrean harus memiliki strategi dalam mengelola pesantren dengan
tindakan nyata serta mempunyai tanggungjawab dalam bidang perkerjaannya karena
pesantren itu harus mengalami perubahan dari segi manajemennya sehingga bisa
berkembang dengan baik mengikuti zaman yang selalu maju. [16]
Selain itu, pimpinan puncak
pesantren harus mempunya strategi yang bisa masuk ke semua budaya yang ada
supaya mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan apapun sehingga tidak hanya
stagnan dalam budaya, apalagi sekarang ini begitu banyak tantangan di era
globalisasi yang sangat membutuhkan seorang tokoh pemimpin yang mampu merangkul
semua kalangan. Dengan demikian bisa menciptakan keadaan yang dama dan tentram,
inilah juga merupakan bentuk tanggungjawab seorang pimpinan dalam sebuah
instansi. [17]
Adapun secara khusus tugas dalam
tanggungjawab seorang pimpinan puncak dalam hal ini pimpinan pondok adalah
sebagai berikut:[18]
1.
Memenuhi
Peran Utama
Dalam penelitian yang dilakukan oleh David dan Thomas kepada
beberapa pimpinan eksekutif menemukan 10 peran utama dari seorang pimpinan
yaitu sebagai berikut:
a.
Sebagai
Tokoh kepemimpinan
b.
Pemimpin
c.
Penghubung
d.
Monitor
e.
Penyebar
f.
Juru
bicara
g.
Wirausahawan
h.
Menangani
gangguan
i.
Pengalokasi
sumber daya[19]
j.
Negosiator
2.
Memberikan
Kepemimpinan Eksekutif
Kepemimpinan eksekutif sangat berpengaruh terhadap perusahaan/pesantren
secara keseluruhan terutama dalam memahamkan para bawahan mengenai visi
strategis, misi dan tujuan dari pesantren tersebut yang diikuti dengan
pemahaman masalah yang datang dari dalam dan luar pesantren sehingga mereka
dapat dibawa ke arah pengembangan yang lebih baik dan menigkat. [20]
Seorang manajer puncak belum dikatakan sebagai seorang yang
mempunyai kebijakan yang bagus dalam sebuah perusahaan sampai dia bisa memahami
permasalahan atau seluruh keadaan dalam perusahaan tersebut. Kemudian mampu
memberikan sebuah solusi dari setiap permasalahan yang muncul.[21]
Sama halnya di dunia pesantren bahwa kebijakan dari seorang
pimpinan pondok misalkan akan sangat diterima setiap kebijakannya yang muncul
sebab dia mampu mengetahui permasalahan yang ada di dalam pondok tersebut.
Ada 3 karakter dari seorang pemimpin eksekutif sebagai pembangkit
rasa hormat dan punya pengaruh dalam perumusan dan implementasi suatu strategi
sebagai berikut:
a.
Pemimpin
yang menetapkan tujuan utama pesantren/perusahaan, melihat kedepan seperti apa
pesantren itu yang dituangkan dalam visi lalu menjadi sumber kekuatan dengan
mendapat dukungan dari semua pihak dalam lembaga itu serta menjadi sumber
inspirasi.[22]
b.
Pemimpin
yang memberikan peran bagi yang lain untuk diikuti dan mendapat dukungan serta
menjadi contoh. [23]
c.
Pemimpin
yang dapat mengkomunikasikan standar kinerja yang tinggi tetapi juga memberikan
kepercayaan kemampuan terhadap yang dipimpinnya.
3.
Mengelola
Proses Perencanaan Strategik
Seorang manajer puncak dalam hal ini pimpinan pondok harus memulai
dan mengelola proses perencanaan strategis untuk menjabarkan visi dari
pesantren/perusahaan dengan bentuk misi serta menggambarkan tujuan dari misi
itu dengan perumusan strategi yang tepat yang memerlukan jangka waktu yang
panjang minimal 5 tahun sehingga sudah tergambar apa saja yang akan dilakukan
kedepannya sebab jika tidak melakukan perencanaan yang maka akan membutuhkan
yang sangat lama sehingga tidak efektif perjalanan pesantren itu.[24]
Oleh karena itu perlu memberikan acuan dalam menjadi planner yang
efektif dengan melihat elemen-elemen berikut: [25]
a.
Menafsirkan
sasaran yang disampaikan sebagai hasil dari perencanaan manajerial ditingkat
yayasan
b.
Menekankan
kebutuhan-kebutuhan organisasi sebagai sasaran dan tujuan tim
c.
Merumuskan
rencana implementasi dengan cara menguji alternatif dan memilih aktifitas
menuju hasil yang diharapkan.
d.
Mengidentifikasi
kebutuhan sumber daya untuk mencapai sasaran, SDM, waktu, biaya, bahan baku dan
fasilitas kemudian memastikan semuanya tersedia.
e.
Menetapkan
batas waktu dan tanggal penyelesaian.
f.
Menentukan
acuan kerja dan bagaimana akan diukur atau kata lainya adalah evaluasi.
Dalam perencanaan strategis ini sendiri mempunyai banyak manfaat
bagi berjalannya pesantren di masa sekarang apalagi di masa yang akan datang
karena dapat membantu memperoleh manfaat atau keberkahan dalam hal
pengoperasian dan pemonitoran lembaga, dapat membantu mengatasi masalah resiko
perubahan dalam perpolitikan yang memunculkan persaingan dan ketidakstablan,
dan membantu pesantren dalam menghasilkan output yang berdaya saing bahkan bisa
berkiprah di kanca internasional. [26]
C.
Model Manajemen Strategik Di Pondok Pesantren.
Adapun cara yang paling baik dalam
mempelajari dan menerapkan proses manajeman strategis adalah menggunakan model.
Setiap model menggambarkan suatu jenis proses. Kerangka kerja yang terdapat
pada bagan sebagaimana yang dilampirkan[27]
adalah merupakan model komprehensif suatu proses manajemen stragi yang sudah
diterima secara luas begitupun dengan lembaga pesantren.[28]
Model seperti itu mewakili
pendekatan praktis dan jelas untuk perumusan, pelaksanaan dan evaluasi
strategi. Hubungan antara bagian-bagian utama dalam proses manajemen strategis
telah ditampilkan dalam model tersebut. [29]
Mengidentifikasi visi, misi, tujuan
dan strategi organisasi pesantren merupakan titik awal yang logis untuk
manajemen strategis, karena situasi dan kondisi dari pesantren sekarang ini
telah mengalami banyak tantangan sehingga harus punya strategi yang bagus dalam
menghadapi dinamika pendidikan yang sudah menggelobal.
Proses manajemn strategis merupakan
proses yang dinamis dan berkesinambungan, perubahan dari salah satu komponen
model itu akan mempengaruhi juga komponen yang lainnya sehingga perlunya selalu
memonitor agar supaya tetap berada pada kondisi yang aman dan teratasi walaupun
ada banyak unsur yang bisa mempengaruhi dari luar. Perubahan yang terjadi dalam
perencanaan jangka satu tahun akan mengakibatkan tahun berikutnya mengambil
langkah yang strategis, dengan demikian pesantren dapat tetap memiliki
alternatif perencanaan dalam mengikuti perkembangan pada tataran yang
bermanfaat. [30]
Dalam praktiknya, proses manajemen
strategis tidak dipisahkan dan dilaksanakan semudah yang tergambar dalam model
manajemen strategis karena para perencana strategis tidak melaksanakan langkah
demi langkah, dengan beranggapan bahwa sesuatu berjalan apa adanya sehingga
sering tidak menjalankan langkah-langkah strategis yang sudah terencakan.
Di pesantren juga terkadang
melakukan perencanaan strategis dengan cara mengajak para guru atau ustadz
untuk melakukan rapat-rapat membahas persolan yang dihadapi di luar area
pesantren agar supaya dapat melahirkan ide-ide kreatif dari para guru atau
karyawan hanya demi perkembangan dan perencanaan program yang lebih ke
depannya. [31]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dalam makalah ini sebagai berikut:
1.
Pengambilan
keputusan yang strategis itu adalah orang-orang dalam perusahaan yang secara
langsung terlibat dalam proses manajemen strategis, mereka adalah manajer
strategis dengan beberapa bantuan dari staf yang mengamati lingkungan strategi
dan kebijakan dan mengevaluasi serta mengendalikan hasil-hasilnya dengan penuh
tanggungjawab sesuai dengan tugas masing-masing. Tanggungjawab dari pihak
yayasan adalah memantau, mengusulkan dan dapat mengangkat atau memberhentikan
para pimpinan pesantren dalam naungannya.
2.
Tugas
tanggunggjawab dari seorang manajemen puncak dalam hal bisa sebagai pimpinan
pondok atau direktur pondok adalah berlaku sebagai pemeran utama, menampilakn
kepemimpina eksekutif, dan sebagai pengelola strategik pesantren.
3.
Model
manajemen pesantren sama halnya dengan model yang sudah disepakati secara umum
dan sudah komprehensif seperti yang telampir dalam makalah ini, kesemua
bagiannya harus sinergi supaya implementasinya berjalan dengan baik.
B.
Saran
Dengan adanya makalah ini dapat menjadi salah satu syarat tugas
yang diberikan oleh dosen pengampu, serta dapat berguna bagi siapa saja yang
meneliti tentang manajemen strategik hususnya pada manajer strategik. Oleh
karena itu, agar supaya makalah ini kaya akan pembahasa perlunya menerima saran
dan masukan dari para pembaca agar kedepannya bisa lebih baik lagi dalam
membuat makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Akdon, Strategic Manajemen for Educational Management, Bandung:
Alfabeta, 2006.
David, Fred R.,
Strategic management: Consepts Ninth Editon, terj. Kresno Saroso,
Jakarta: PT. Indeks Gramedia, 2004.
Fatah, Rohadi
Abdul, dkk., Rekontruksi Pesantren Masa Depan (Dati Trasdisional, Moderen
hingga Post Moderen), Jakarta: Listafariska Putra, 2008.
Hamalik,Oemar, Pengembangan Sumber Daya Manusia:
Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu, Jakarta: Bumi
Aksara, 2005.
Hitt, Michael
A., dkk., Strategic Management: ompetitiveness and Globalization 4th
Edition;Consepts, (Jakarta: Salemba Empat, 2002.
Hunger, J.
David dan Wheelen, Thomas L., Strategic Management 5th Edition, terj.
Julianto Agung, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2000.
Lukiastuti,
Fitri dan Hamdani, Muliawan, Manajemen Strategik dalam Organisasi, Yogyakarta:
Caps, 2011.
Maddux, Robert
B., Team Building, terj. Kristiyabudi P. Hananto, Jakarta: Erlangga,
2001.
Masdar, Sjahrazad, dkk., Manajemen Sumber Daya
Manusia Berbasis Kompetensi untuk Pelayanan Publik, Surabaya: Airlangga
University Press, 2009.
Purwanto,
Sigit, Pocket Mentor: MemimpinTim, Jakarta: Esensi Erlangga Group, 2008.
Qodir, Abdullah, “Manajemen Sumber Daya Manusia di Pondok Pesantren
Alfalah Bakalan Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara”, JMP, Volume 1
Nomor 3, (Desember 2012).
Rees, David dan
McBain, Richard, People Management: Challenges and Opportunities, terj.
Sukono, Jakarta: Kencana Prenada Madia Group, 2007.
Saputra, Iyus
Indriana, “Manajemen Pendidikan Pesantren Darul Hikmah Kutoarjo Jawa Tengah”,
“Thesis MA”, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2009.
Siahaan,
Janpie, Managing Competition, Jakarta: Salemba Empat, 2009.
Sistem
kepengurusan yayasan pada pondok pesantren al-Ikhlas Ujung- Bone, bisa diakses
di www.alikhlasujung.org.
Suyanto, M., Strategic
Manajemen, Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2007.
Thompson, Arthur A., dkk., Strategy : Core Concepts
Analytical Tools Readings, New York: The McGraw-Hill Companies, Inc, 2006.
Umar, Husein, Strategic
Management In Action: Konsep, Teori, dan Teknik Menganalisis Manajemen
Strategis Berdasarkan Konsep Michael R. Porter, Fred R. David, dan
Wheelen-Hunger, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001.
Yakin, Nurul, “Studi Kasus Pola Manajemen Pondok
Pesantren Al-Raisiyah di Kota Mataram” Ulumuna
Jurnal Studi keislaman, Volume 18 Nomor 1 (Juni 2014).
Yuliati, Uci, Manajemen
Internasioanl: Suatu Tinjauan Sumber Daya Manusia, Malang: UMM Press, 2006.
Lampiran 1
(gambar Model Manajemen strategik) yang diakui secara umum
[1] Strategi
berasal dari bahasa yunani adalah “seni berperang” artinya cara untuk mencapai
tujuan. Lihat Husein Umar, Strategic Management In Action: Konsep, Teori,
dan Teknik Menganalisis Manajemen Strategis Berdasarkan Konsep Michael R.
Porter, Fred R. David, dan Wheelen-Hunger, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2001), h. 30
[2] J. David
Hunger dan Thomas L. Wheelen, Strategic Management 5th Edition, terj.
Julianto Agung, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2000), h. 32.
[3] Bisa akses
langsung di web pondok: www.alikhlasujung.org. Dengan
mengikuti pola bentuk struktural dari perusahaan.
[4] J. David
Hunger dan Thomas L. Wheelen, Strategic Management 5th Edition, terj.
Julianto Agung, h. 33.
[5] Dengan
memonitor akan mempengaruhi kinerja para pimpinan sehingga menghasilkan produk
yang berdaya saing dan bermanfaat secara keseluruahan eleman mulai dari atas
sampai bawahan. Lihat Michael A. Hitt, dkk., Strategic Management:
ompetitiveness and Globalization 4th Edition;Consepts, (Jakarta: Salemba
Empat, 2002), h. 111
[6] Dalam
kaitanyya dengan pelayanan terhadap para donatur di pesantren tentunya harus
melihat apa kepentingan dari mereka sehingga pelayanan yang efisian dan efektif
yang dibutuhkannya. Lihat Sjahrazad
Masdar, dkk., Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi untuk
Pelayanan Publik, (Surabaya: Airlangga University Press, 2009), h. 38-39.
[7] J. David
Hunger dan Thomas L. Wheelen, Strategic Management 5th Edition, terj.
Julianto Agung, h. 34.
[8] Iyus Indriana
Saputra, “Manajemen Pendidikan Pesantren Darul Hikmah Kutoarjo Jawa Tengah”,
“Thesis MA”, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2009), H. 137.
[9] J. David
Hunger dan Thomas L. Wheelen, Strategic Management 5th Edition, terj.
Julianto Agung, h. 34.
[10] Terkadang juga
bisa memberi petunjuk yang sama atau berbeda dari masing-masing yang
dipimpinnya. Lihat Oemar Hamalik, Pengembangan Sumber Daya Manusia:
Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2005), h. 165
[11] J. David
Hunger dan Thomas L. Wheelen, Strategic Management 5th Edition, terj.
Julianto Agung, h. 36-38.
[12] Lihat sistem
kepengurusan yayasan pada pondok pesantren al-Ikhlas Ujung- Bone, bisa diakses
di www.alikhlasujung.org.
[13] J. David
Hunger dan Thomas L. Wheelen, Strategic Management 5th Edition, terj.
Julianto Agung, h. 40-41.
[14] Lihat sistem
kepengurusan yayasan pada pondok pesantren al-Ikhlas Ujung- Bone, bisa diakses
di www.alikhlasujung.org.
[15] J. David
Hunger dan Thomas L. Wheelen, Strategic Management 5th Edition, terj.
Julianto Agung, h. 43.
[16] Rohadi Abdul
Fatah, dkk, Rekontruksi Pesantren Masa Depan (Dati Trasdisional, Moderen
hingga Post Moderen), (Jakarta: Listafariska Putra, 2008), h. 13.
[17] David Rees dan Richard McBain, People
Management: Challenges and Opportunities, terj. Sukono, (Jakarta: Kencana
Prenada Madia Group, 2007), h.187-188.
[18] J. David
Hunger dan Thomas L. Wheelen, Strategic Management 5th Edition, terj.
Julianto Agung, h.43-47.
[19]
Menurut Hayes dan Weel Wright memaknakan strategi sebagai semua kegiatan
yang ada dalam lingkup organisasi, termasuk di dalamnya pengalokasian semua
sumber daya yang dimiliki kelembagaan. Lihat Akdon, Strategic Manajemen for
Educational Management, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 4.
[20] Dalam
visi-misi itu akan tergambarkan arah yang jelas dari seorang pemimpin.
Lihat M. Suyanto, Strategic Manajemen,
(Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2007), h. 127.
[21] Arthur A. Thompson, dkk., Strategy : Core
Concepts Analytical Tools Readings, (New York: The McGraw-Hill Companies,
Inc, 2006), h.39.
[22] Lihat juga
Janpie Siahaan, Managing Competition, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h.
4
[23] Lihat juga
Sigit Purwanto, Pocket Mentor: MemimpinTim,(Jakarta: Esensi Erlangga Group, 2008), h. 36.
[24] Robert B.
Maddux, Team Building, terj. Kristiyabudi P. Hananto, (Jakarta:
Erlangga, 2001), h. 21
[25] Robert B.
Maddux, Team Building, terj. Kristiyabudi P. Hananto, h. 21
[26] Diilustrasikan
sebagai pesantren yang akan go internasional. Lihat Uci Yuliati, Manajemen
Internasioanl: Suatu Tinjauan Sumber Daya Manusia, (Malang: UMM Press,
2006), h. 98. Lihat juga Fitri Lukiastuti dan Muliawan Hamdani, Manajemen
Strategik dalam Organisasi, (Yogyakarta: Caps, 2011), h. 108-109.
[27] Bisa dilihat
di bagian lampiran dalam makalah ini.
[28] Lihat Nurul Yakin, “Studi Kasus Pola Manajemen Pondok Pesantren
Al-Raisiyah di Kota Mataram” Ulumuna Jurnal Studi keislaman, Volume 18
Nomor 1 (Juni) 2014, hlm. 199-218.
[29] Fred R. David,
Strategic management: Consepts Ninth Editon, terj. Kresno Saroso, (Jakarta:
PT. Indeks Gramedia, 2004), h. 18
[30] Fred R. David,
Strategic management: Consepts Ninth Editon, terj. Kresno Saroso, h.
18-19.
[31] Abdullah Qodir, “Manajemen Sumber Daya Manusia di Pondok Pesantren
Alfalah Bakalan Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara”, JMP, Volume 1
Nomor 3, (Desember 2012), hlm. 272-282.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar