Apa Aja

Apa Aja

Jumat, 07 Oktober 2016

MANAJER STRATEGIK

MANAJER STRATEGIK
Makalah ini dibuat sebagai syarat untuk memenuhi mata kuliah
Manajemen Strategik Pesantren

Dosen Pengampu:
Dr. H. Mulyono, M.Ag

ABUSTAN
Nim:  15750013








SEMESTER II
PROGRAM MAGISTER STUDI ILMU AGAMA ISLAM
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2015-2016




KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah swt. Yang telah memberi nikmat sehingga masih tetap istiqamah dalam menjalankan aktivitas rutin yaitu mencari ilmu pengetahuan dan berusaha untuk selalu mengamalkannya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad saw. Yang telah diberikan amanah oleh Allah untuk selalu memberi petunjuk kepada ummatnya melalui al-Qur’an dan Sunnahnya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan semaksimal mungkin.
Makalah ini mengarahkan kepada kita untuk mengkaji tentang manajer strategik dalam mengembangkan pondok pesantren. Hal ini bisa membuat pesantren menjadi siap bersaing di era globalisasi ini, dengan memakai sistem manajemen strategik apalagi sekarang negara kita akan dimasuki oleh negara-negara tetangga sehingga butuh kekuatan untuk bersaing terutama dalam dunia pendidikan.   
Ucapan terima kasih pemakalah sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini terutama Bapak Dosen sehingga dapat menjadi sumbangsih bagi siapa saja yang meneliti tentang tema yang ada dalam makalah ini.
Demikianlah makalah ini dibuat dan dapat digunakan sebagaimana mestinya, penulis telah berupaya dengan keras untuk menyelesaikannya walaupun masih terdapat banyak kekurangan. Sehingga masih memerlukan saran dan krtikan dari para pembaca demi kesempurnaan makalah berikutnya.
Wallahu Muwaffiq Ila Thariqil Haq
Wassalamu ‘alaikum wr. Wb.
                                                                                                            Malang,  Mei 2016
                                                                                                            Penulis;  Abustan





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Melihat fenomena hidup saat ini, banyaknya kemunduran dari dunia pendidikan yang membutuhkan dorongan untuk kembali maju lagi seperti sebelumnya, sehingga perlunya merubah sistem manajemen yang sudah diterapkan ke sistem manajemen baru sebagai pendorong kembalinya kesuksesan yang pernah diraih.
Dengan mengadopsi sistem manajemen strategik untuk diterapkan di dunia pendidikan yang awalnya digunakan untuk dunia bisnis dalam memasarkan suatu produk. Diharapkan menjadi penyemangat kembali dalam meningkatkan mutu pendidikan saat ini. Oleh karena itu dengan sistem tersebut dapat menjadikan pendidikan itu menjadi menarik kembali minat para orang tua untuk mempercayakan anak-anak mereka kepada para pendidik dan pengajar.
Dengan demikian melalui sistem manajemen strategik yang diterapkan di pesantren akan menghasilkan sistem yang relevan dengan kondisi arus perkembangan, sehingga ke depannya pesantren tidak lagi dipandang sebagai sistem pendidikan klasik tapi sudah mendunia. Semua itu bisa terwujud jika para pelaku atau manajer yang bertindak dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku serta memiliki taktik atau strategi yang handal dan berdaya guna.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana tanggungjawab pimpinan organisasi pesantren, tugas pimpinan dalam manajemen stretegik dan keanggotaan pengurus yayasan/harian?
2.      Bagaimana tanggungjawab dan tugas pokok manajemen puncak pondok pesantren?
3.      Bagaimana model manajemen strategik di pondok pesantren?
C.    Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dalam membahas makalah ini adalah Untuk mengetahui tanggungjawab pimpinan organisasi pesantren, tugas pimpinan dalam manajemen stretegik dan keanggotaan pengurus yayasan/harian. Untuk mengetahui tanggungjawab dan tugas pokok manajemen puncak pondok pesantren. Dan dapat menerapkan model manajemen strategik di pondok pesantren.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Tanggungjawab Pimpinan Organisasi Pesantren Tugas Pimpinan Dalam Manajemen Stretegik Dan Keanggotaan Pengurus Yayasan.

Pengambilan keputusan yang strategis[1] itu adalah orang-orang dalam perusahaan yang secara langsung terlibat dalam proses manajemen strategis, mereka adalah manajer strategis dengan beberapa bantuan dari staf yang mengamati lingkungan strategi dan kebijakan dan mengevaluasi serta mengendalikan hasil-hasilnya dengan penuh tanggungjawab sesuai dengan tugas masing-masing. 
Para pelaku manajer strategis itu adalah Dewan Komisaris (board of directors) dan manajemen puncak. CEO (Chief Executive Offiser) dan COO (Chief Operation Offiser) atau presiden, wakil presiden eksekutif dan wakil presiden yang mengepalai divisi operasi dan wilayah fungsional akan membentuk kelompok manajemen puncak. Secara tradisional dewan komisaris ikut serta dalam manajemen strategis hanya pada tataran penyetujuan proposal secara pasif dari manajemen puncak juga bisa memilih dan memberhentikan CEO tersebut. [2]
Adapun Dewan Komisaris dalam dunia pesantren yaitu bertindak sebagai Pnegurus Yayasan, Manajemen Puncak adalah sebagai Direktur sedangkan CEO dan COO adalah pimpinan Pondok atau para kepala madrasah baik itu Madrasah Aliyah dan Madrasah Tsanawiyah seperti di pesantren al-Ikhlas Ujung-Bone, Sulawesi Selatan. [3]
1.      Tanggungjawab Pimpinan Organisasi Pesantren/Perusahaan
Hukum dan standar yang menetapkan tanggungjawab dari dewan komisaris berbeda-beda dari satu negara dengan negara lainnya. Misalkan anggota dewan di Ontario, Kanada, menjalankan operasi di bawah  lebih dari 100 propinsi dan hukum federal menentukan kewajiban direktur. Di Amerika Serikat sendiri tidak ada standar nasional atau hukum federal yang menetapkan kewajiban direktur, syarat khusus untuk direktur sangat beragam tergantung di mana perusahaan itu didirikan. Sehingga wawancara yang dilakukan dari 200 direktur dari 8 negara mengungkapkan lima perjanjian utama dalam tanggungjawab dewan komisaris didaftar urut dari yang paling penting sebagai berikut: [4]
a.       Menetukan strategi perusahaan, seluruh arah, visi dan misi.
b.      Suksesi memilih dan memberhentikan CEO dan manajemen puncak.
c.       Mengendalikan, memonitor, atau mengawasi manajemen puncak.[5]
d.      Meninjau dan menyetujui penggunaan sumber daya.
e.       Memperhatikan kepentingan pemegang saham.[6]
Dalam hal ini pihak dewan komisaris bertindak sebagai pengatur urusan-urusan perusahaan dan bukan pada tataran pengelola karena itu merupakan hukum yang berlaku pada sistem perusahaan di dunia. Mereka juga harus bertindak dengan hati-hati yaitu tekun, peduli dan mempunyai keahlian yang sama dengan yang dilakukan oleh orang biasa. Jika direktur atau dewan komisaris gagal bertindak dengan hati-hati maka perusahaan akan berada pada posisi rugi dan tanggungjawab mereka adalah menyelesaikan permasalahan tersebut. [7]
Sama halnya dengan sistem yayasan dimana para pengurusnya bertanggungjawab dalam setiap permasalahan yang muncul karena sangkut pautnya dengan pesantren ke depannya. [8]
2.      Tugas Pimpinan dalam Manajemen Strategik
Adapun tugas Manajer strategis selaku pimpinan organisasi pesantren atau dewan komisaris dalam perusahaan sebagai dasar untuk menyelesaikan tugas sebagai berikut : [9]
a.       Memonitor, mengikuti seluruh perkembangan perusahaan dari luar dan dalam sama halnya dengan pesantren yang diibaratkan sebagai perusahaan.
b.      Mengevaluasi dan mempengaruhi, bertindak sebagai pemeriksa proposal, keputusan dan tindakan manajemen setuju atau tidak, memberikan nasihat dan saran.[10]
c.       Memulai dan menetapkan, mereka dapat menggambarkan misi perusahaan/pesantren dan menetapkan pilihan-pilihan strategis kepada manajemen.

3.      Keanggotaan Pengurusan Yayasan/dewan
Dewan komisaris dari sebagian besar perusahaan milik publik terdiri dari direktur dalam dan luar, direktur dalam biasanya disebut sebagai direktur manajemen yaitu karyawan dan para eksekutif yang dipekerjakan oleh perusahaan. Adapun direktur luar yaitu eksekutif dari perusahaan lain dan bukan merupakan karyawan. Direktur dalam lebih proporsional dalam menangani permasalahan dibandingkan dengan direktur luar karena mereka hanya mementingkan keuntungan sebagai pemegang saham. Walaupun demikian, secara nyata mereka akan bertindak secara objektif dibandikan dengan direktur dari dalam perusahaan itu sendiri.[11]
Di dunia pesantren yang kita ketahui tidak seperti demikian karena yayasan sendiri selalu memusatkan perhatian terhadap kepentingan kemajuan pesantrennya serta rata-rata pengurus yayasan adalah dari keluarga mereka sendiri.[12] dalam pemilihan anggota organisasi dalam dewan komisaris biasanya disesuaikan dengan aturan sesuai dengan perundang-undangan di negara masing-masing tapi kebanyakan adalah pihak perusahaan sendiri yang menentukan jumlah berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kont/Ferry Internasional pada tahun 1992, bahwa rata-rata perusahaan besar milik publik mempunyai 12 direktur, 3 dari dalam dan 9 dari luar. Begitu pun milik swasta yang hanya mempunyai 7 atau 8 anggota. [13] hampir sama dengan yayasan mereka juga memiliki beberapa anggota dalam struktur yayasan itu tergantung pada kebutuhannya.[14]
B.     Tanggungjawab dan Tugas Pokok Manajemen Puncak Pondok Pesantren.
CEO perusahaan biasanya menlakukan fungsi manajemen puncak bekerjasama dengan COO atau presiden, wakil presiden eksekuif dan wakil presiden divisi dan fungsi. CEO sangat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap arah strategis perusahaan juga mempunyai pengaruh terhadap jalannya kinerja perusahaan melalui tindakan atau pernyataan mereka. [15]
Begitu pun dengan pimpinan dalam pondok pesantrean harus memiliki strategi dalam mengelola pesantren dengan tindakan nyata serta mempunyai tanggungjawab dalam bidang perkerjaannya karena pesantren itu harus mengalami perubahan dari segi manajemennya sehingga bisa berkembang dengan baik mengikuti zaman yang selalu maju. [16]
Selain itu, pimpinan puncak pesantren harus mempunya strategi yang bisa masuk ke semua budaya yang ada supaya mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan apapun sehingga tidak hanya stagnan dalam budaya, apalagi sekarang ini begitu banyak tantangan di era globalisasi yang sangat membutuhkan seorang tokoh pemimpin yang mampu merangkul semua kalangan. Dengan demikian bisa menciptakan keadaan yang dama dan tentram, inilah juga merupakan bentuk tanggungjawab seorang pimpinan dalam sebuah instansi. [17]
Adapun secara khusus tugas dalam tanggungjawab seorang pimpinan puncak dalam hal ini pimpinan pondok adalah sebagai berikut:[18]



1.      Memenuhi Peran Utama
Dalam penelitian yang dilakukan oleh David dan Thomas kepada beberapa pimpinan eksekutif menemukan 10 peran utama dari seorang pimpinan yaitu sebagai berikut:
a.       Sebagai Tokoh kepemimpinan
b.      Pemimpin
c.       Penghubung
d.      Monitor
e.       Penyebar
f.       Juru bicara
g.      Wirausahawan
h.      Menangani gangguan
i.        Pengalokasi sumber daya[19]
j.        Negosiator
2.      Memberikan Kepemimpinan Eksekutif
Kepemimpinan eksekutif sangat berpengaruh terhadap perusahaan/pesantren secara keseluruhan terutama dalam memahamkan para bawahan mengenai visi strategis, misi dan tujuan dari pesantren tersebut yang diikuti dengan pemahaman masalah yang datang dari dalam dan luar pesantren sehingga mereka dapat dibawa ke arah pengembangan yang lebih baik dan menigkat. [20]
Seorang manajer puncak belum dikatakan sebagai seorang yang mempunyai kebijakan yang bagus dalam sebuah perusahaan sampai dia bisa memahami permasalahan atau seluruh keadaan dalam perusahaan tersebut. Kemudian mampu memberikan sebuah solusi dari setiap permasalahan yang muncul.[21]
Sama halnya di dunia pesantren bahwa kebijakan dari seorang pimpinan pondok misalkan akan sangat diterima setiap kebijakannya yang muncul sebab dia mampu mengetahui permasalahan yang ada di dalam pondok tersebut.
Ada 3 karakter dari seorang pemimpin eksekutif sebagai pembangkit rasa hormat dan punya pengaruh dalam perumusan dan implementasi suatu strategi sebagai berikut:
a.       Pemimpin yang menetapkan tujuan utama pesantren/perusahaan, melihat kedepan seperti apa pesantren itu yang dituangkan dalam visi lalu menjadi sumber kekuatan dengan mendapat dukungan dari semua pihak dalam lembaga itu serta menjadi sumber inspirasi.[22]
b.      Pemimpin yang memberikan peran bagi yang lain untuk diikuti dan mendapat dukungan serta menjadi contoh. [23]
c.       Pemimpin yang dapat mengkomunikasikan standar kinerja yang tinggi tetapi juga memberikan kepercayaan kemampuan terhadap yang dipimpinnya.
3.      Mengelola Proses Perencanaan Strategik
Seorang manajer puncak dalam hal ini pimpinan pondok harus memulai dan mengelola proses perencanaan strategis untuk menjabarkan visi dari pesantren/perusahaan dengan bentuk misi serta menggambarkan tujuan dari misi itu dengan perumusan strategi yang tepat yang memerlukan jangka waktu yang panjang minimal 5 tahun sehingga sudah tergambar apa saja yang akan dilakukan kedepannya sebab jika tidak melakukan perencanaan yang maka akan membutuhkan yang sangat lama sehingga tidak efektif perjalanan pesantren itu.[24]
Oleh karena itu perlu memberikan acuan dalam menjadi planner yang efektif dengan melihat elemen-elemen berikut: [25]
a.       Menafsirkan sasaran yang disampaikan sebagai hasil dari perencanaan manajerial ditingkat yayasan
b.      Menekankan kebutuhan-kebutuhan organisasi sebagai sasaran dan tujuan tim
c.       Merumuskan rencana implementasi dengan cara menguji alternatif dan memilih aktifitas menuju hasil yang diharapkan.
d.      Mengidentifikasi kebutuhan sumber daya untuk mencapai sasaran, SDM, waktu, biaya, bahan baku dan fasilitas kemudian memastikan semuanya tersedia.
e.       Menetapkan batas waktu dan tanggal penyelesaian.
f.       Menentukan acuan kerja dan bagaimana akan diukur atau kata lainya adalah evaluasi.
Dalam perencanaan strategis ini sendiri mempunyai banyak manfaat bagi berjalannya pesantren di masa sekarang apalagi di masa yang akan datang karena dapat membantu memperoleh manfaat atau keberkahan dalam hal pengoperasian dan pemonitoran lembaga, dapat membantu mengatasi masalah resiko perubahan dalam perpolitikan yang memunculkan persaingan dan ketidakstablan, dan membantu pesantren dalam menghasilkan output yang berdaya saing bahkan bisa berkiprah di kanca internasional. [26]

C.    Model Manajemen Strategik Di Pondok Pesantren.
Adapun cara yang paling baik dalam mempelajari dan menerapkan proses manajeman strategis adalah menggunakan model. Setiap model menggambarkan suatu jenis proses. Kerangka kerja yang terdapat pada bagan sebagaimana yang dilampirkan[27] adalah merupakan model komprehensif suatu proses manajemen stragi yang sudah diterima secara luas begitupun dengan lembaga pesantren.[28]
Model seperti itu mewakili pendekatan praktis dan jelas untuk perumusan, pelaksanaan dan evaluasi strategi. Hubungan antara bagian-bagian utama dalam proses manajemen strategis telah ditampilkan dalam model tersebut. [29]
Mengidentifikasi visi, misi, tujuan dan strategi organisasi pesantren merupakan titik awal yang logis untuk manajemen strategis, karena situasi dan kondisi dari pesantren sekarang ini telah mengalami banyak tantangan sehingga harus punya strategi yang bagus dalam menghadapi dinamika pendidikan yang sudah menggelobal.
Proses manajemn strategis merupakan proses yang dinamis dan berkesinambungan, perubahan dari salah satu komponen model itu akan mempengaruhi juga komponen yang lainnya sehingga perlunya selalu memonitor agar supaya tetap berada pada kondisi yang aman dan teratasi walaupun ada banyak unsur yang bisa mempengaruhi dari luar. Perubahan yang terjadi dalam perencanaan jangka satu tahun akan mengakibatkan tahun berikutnya mengambil langkah yang strategis, dengan demikian pesantren dapat tetap memiliki alternatif perencanaan dalam mengikuti perkembangan pada tataran yang bermanfaat. [30]
Dalam praktiknya, proses manajemen strategis tidak dipisahkan dan dilaksanakan semudah yang tergambar dalam model manajemen strategis karena para perencana strategis tidak melaksanakan langkah demi langkah, dengan beranggapan bahwa sesuatu berjalan apa adanya sehingga sering tidak menjalankan langkah-langkah strategis yang sudah terencakan.
Di pesantren juga terkadang melakukan perencanaan strategis dengan cara mengajak para guru atau ustadz untuk melakukan rapat-rapat membahas persolan yang dihadapi di luar area pesantren agar supaya dapat melahirkan ide-ide kreatif dari para guru atau karyawan hanya demi perkembangan dan perencanaan program yang lebih ke depannya. [31]










BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dalam makalah ini sebagai berikut:
1.      Pengambilan keputusan yang strategis itu adalah orang-orang dalam perusahaan yang secara langsung terlibat dalam proses manajemen strategis, mereka adalah manajer strategis dengan beberapa bantuan dari staf yang mengamati lingkungan strategi dan kebijakan dan mengevaluasi serta mengendalikan hasil-hasilnya dengan penuh tanggungjawab sesuai dengan tugas masing-masing. Tanggungjawab dari pihak yayasan adalah memantau, mengusulkan dan dapat mengangkat atau memberhentikan para pimpinan pesantren dalam naungannya.
2.      Tugas tanggunggjawab dari seorang manajemen puncak dalam hal bisa sebagai pimpinan pondok atau direktur pondok adalah berlaku sebagai pemeran utama, menampilakn kepemimpina eksekutif, dan sebagai pengelola strategik pesantren.
3.      Model manajemen pesantren sama halnya dengan model yang sudah disepakati secara umum dan sudah komprehensif seperti yang telampir dalam makalah ini, kesemua bagiannya harus sinergi supaya implementasinya berjalan dengan baik.
B.     Saran
Dengan adanya makalah ini dapat menjadi salah satu syarat tugas yang diberikan oleh dosen pengampu, serta dapat berguna bagi siapa saja yang meneliti tentang manajemen strategik hususnya pada manajer strategik. Oleh karena itu, agar supaya makalah ini kaya akan pembahasa perlunya menerima saran dan masukan dari para pembaca agar kedepannya bisa lebih baik lagi dalam membuat makalah.




DAFTAR PUSTAKA
Akdon, Strategic Manajemen for Educational Management, Bandung: Alfabeta, 2006.
David, Fred R., Strategic management: Consepts Ninth Editon, terj. Kresno Saroso, Jakarta: PT. Indeks Gramedia, 2004.
Fatah, Rohadi Abdul, dkk., Rekontruksi Pesantren Masa Depan (Dati Trasdisional, Moderen hingga Post Moderen), Jakarta: Listafariska Putra, 2008.
Hamalik,Oemar,  Pengembangan Sumber Daya Manusia: Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu, Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Hitt, Michael A., dkk., Strategic Management: ompetitiveness and Globalization 4th Edition;Consepts, (Jakarta: Salemba Empat, 2002.
Hunger, J. David dan Wheelen, Thomas L., Strategic Management 5th Edition, terj. Julianto Agung, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2000.
Lukiastuti, Fitri dan Hamdani, Muliawan, Manajemen Strategik dalam Organisasi, Yogyakarta: Caps, 2011.
Maddux, Robert B., Team Building, terj. Kristiyabudi P. Hananto, Jakarta: Erlangga, 2001.
Masdar,  Sjahrazad, dkk., Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi untuk Pelayanan Publik, Surabaya: Airlangga University Press, 2009.
Purwanto, Sigit, Pocket Mentor: MemimpinTim, Jakarta:  Esensi Erlangga Group, 2008.
Qodir, Abdullah, “Manajemen Sumber Daya Manusia di Pondok Pesantren Alfalah Bakalan Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara”, JMP, Volume 1 Nomor 3, (Desember 2012). 
Rees, David dan McBain, Richard, People Management: Challenges and Opportunities, terj. Sukono, Jakarta: Kencana Prenada Madia Group, 2007.
Saputra, Iyus Indriana, “Manajemen Pendidikan Pesantren Darul Hikmah Kutoarjo Jawa Tengah”, “Thesis MA”, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2009.
Siahaan, Janpie, Managing Competition, Jakarta: Salemba Empat, 2009.
Sistem kepengurusan yayasan pada pondok pesantren al-Ikhlas Ujung- Bone, bisa diakses di www.alikhlasujung.org.
Suyanto, M., Strategic Manajemen, Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2007.
Thompson,  Arthur A., dkk., Strategy : Core Concepts Analytical Tools Readings, New York: The McGraw-Hill Companies, Inc, 2006.
Umar, Husein, Strategic Management In Action: Konsep, Teori, dan Teknik Menganalisis Manajemen Strategis Berdasarkan Konsep Michael R. Porter, Fred R. David, dan Wheelen-Hunger, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001.
Yakin,  Nurul, “Studi Kasus Pola Manajemen Pondok Pesantren Al-Raisiyah di Kota Mataram” Ulumuna Jurnal Studi keislaman, Volume 18 Nomor 1 (Juni  2014).
Yuliati, Uci, Manajemen Internasioanl: Suatu Tinjauan Sumber Daya Manusia, Malang: UMM Press, 2006.













Description: D:\PKU 2015-2016\semester 2\Manajemen Strategik Pesantren\tugas\makalah\IMG_20160326_205431.jpgLampiran 1 (gambar Model Manajemen strategik) yang diakui secara umum






[1] Strategi berasal dari bahasa yunani adalah “seni berperang” artinya cara untuk mencapai tujuan. Lihat Husein Umar, Strategic Management In Action: Konsep, Teori, dan Teknik Menganalisis Manajemen Strategis Berdasarkan Konsep Michael R. Porter, Fred R. David, dan Wheelen-Hunger, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 30
[2] J. David Hunger dan Thomas L. Wheelen, Strategic Management 5th Edition, terj. Julianto Agung, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2000), h. 32.
[3] Bisa akses langsung di web pondok: www.alikhlasujung.org. Dengan mengikuti pola bentuk struktural dari perusahaan.
[4] J. David Hunger dan Thomas L. Wheelen, Strategic Management 5th Edition, terj. Julianto Agung, h. 33.
[5] Dengan memonitor akan mempengaruhi kinerja para pimpinan sehingga menghasilkan produk yang berdaya saing dan bermanfaat secara keseluruahan eleman mulai dari atas sampai bawahan. Lihat Michael A. Hitt, dkk., Strategic Management: ompetitiveness and Globalization 4th Edition;Consepts, (Jakarta: Salemba Empat, 2002), h. 111
[6] Dalam kaitanyya dengan pelayanan terhadap para donatur di pesantren tentunya harus melihat apa kepentingan dari mereka sehingga pelayanan yang efisian dan efektif yang dibutuhkannya. Lihat  Sjahrazad Masdar, dkk., Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi untuk Pelayanan Publik, (Surabaya: Airlangga University Press, 2009), h. 38-39.
[7] J. David Hunger dan Thomas L. Wheelen, Strategic Management 5th Edition, terj. Julianto Agung, h. 34.
[8] Iyus Indriana Saputra, “Manajemen Pendidikan Pesantren Darul Hikmah Kutoarjo Jawa Tengah”, “Thesis MA”, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2009),  H. 137.
[9] J. David Hunger dan Thomas L. Wheelen, Strategic Management 5th Edition, terj. Julianto Agung, h. 34.
[10] Terkadang juga bisa memberi petunjuk yang sama atau berbeda dari masing-masing yang dipimpinnya. Lihat Oemar Hamalik, Pengembangan Sumber Daya Manusia: Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 165
[11] J. David Hunger dan Thomas L. Wheelen, Strategic Management 5th Edition, terj. Julianto Agung, h. 36-38.
[12] Lihat sistem kepengurusan yayasan pada pondok pesantren al-Ikhlas Ujung- Bone, bisa diakses di www.alikhlasujung.org.
[13] J. David Hunger dan Thomas L. Wheelen, Strategic Management 5th Edition, terj. Julianto Agung, h. 40-41.
[14] Lihat sistem kepengurusan yayasan pada pondok pesantren al-Ikhlas Ujung- Bone, bisa diakses di www.alikhlasujung.org.
[15] J. David Hunger dan Thomas L. Wheelen, Strategic Management 5th Edition, terj. Julianto Agung, h. 43.
[16] Rohadi Abdul Fatah, dkk, Rekontruksi Pesantren Masa Depan (Dati Trasdisional, Moderen hingga Post Moderen), (Jakarta: Listafariska Putra, 2008), h. 13.
[17]  David Rees dan Richard McBain, People Management: Challenges and Opportunities, terj. Sukono, (Jakarta: Kencana Prenada Madia Group, 2007), h.187-188.
[18] J. David Hunger dan Thomas L. Wheelen, Strategic Management 5th Edition, terj. Julianto Agung, h.43-47.
[19] Menurut Hayes dan Weel Wright memaknakan strategi sebagai semua kegiatan yang ada dalam lingkup organisasi, termasuk di dalamnya pengalokasian semua sumber daya yang dimiliki kelembagaan. Lihat Akdon, Strategic Manajemen for Educational Management, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 4.
[20] Dalam visi-misi itu akan tergambarkan arah yang jelas dari seorang pemimpin. Lihat  M. Suyanto, Strategic Manajemen, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2007), h. 127.
[21]  Arthur A. Thompson, dkk., Strategy : Core Concepts Analytical Tools Readings, (New York: The McGraw-Hill Companies, Inc, 2006), h.39.
[22] Lihat juga Janpie Siahaan, Managing Competition, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 4
[23] Lihat juga Sigit Purwanto, Pocket Mentor: MemimpinTim,(Jakarta:  Esensi Erlangga Group, 2008), h. 36.
[24] Robert B. Maddux, Team Building, terj. Kristiyabudi P. Hananto, (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 21
[25] Robert B. Maddux, Team Building, terj. Kristiyabudi P. Hananto, h. 21
[26] Diilustrasikan sebagai pesantren yang akan go internasional. Lihat Uci Yuliati, Manajemen Internasioanl: Suatu Tinjauan Sumber Daya Manusia, (Malang: UMM Press, 2006), h. 98. Lihat juga Fitri Lukiastuti dan Muliawan Hamdani, Manajemen Strategik dalam Organisasi, (Yogyakarta: Caps, 2011), h. 108-109. 
[27] Bisa dilihat di bagian lampiran dalam makalah ini.
[28] Lihat Nurul Yakin, “Studi Kasus Pola Manajemen Pondok Pesantren Al-Raisiyah di Kota Mataram” Ulumuna Jurnal Studi keislaman, Volume 18 Nomor 1 (Juni) 2014, hlm. 199-218.
[29] Fred R. David, Strategic management: Consepts Ninth Editon, terj. Kresno Saroso, (Jakarta: PT. Indeks Gramedia, 2004), h. 18
[30] Fred R. David, Strategic management: Consepts Ninth Editon, terj. Kresno Saroso, h. 18-19.
[31] Abdullah Qodir, “Manajemen Sumber Daya Manusia di Pondok Pesantren Alfalah Bakalan Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara”, JMP, Volume 1 Nomor 3, (Desember 2012), hlm. 272-282.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar